Mohon tunggu...
Fathimah Nurul Afifah
Fathimah Nurul Afifah Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu Rumah Tangga, Alumni Pendidikan Biologi UPI, Santri Ma'had Khadimussunnah

Senang membaca dan menulis, bercita-cita menjadi seorang ibu dari anak-anak yang shalih dan shalihah

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ketika Ilmu Pengetahuan Menemukan Sang Pencipta (Bagian 2)

27 Desember 2019   16:35 Diperbarui: 27 Desember 2019   16:35 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di samping itu, menurut saya makan dengan tangan terkhusus dengan menggunakan tiga jari akan lebih menyedikitkan suapan dan memperbanyak kunyahan. Hal ini akan meningkatkan efektivitas penyerapan nutrisi pada makanan karena makanan dikunyah lebih halus.

Kembali ke hadits di atas, dijelaskan dalam Syarah Riyadhus Shalihib VII juz 243, dijelaskan sebagai berikut,

"dianjurkan untuk makan menggunakan tiga jari: jari tengah, jari telunjuk, dan jempol. Karena hal ini menunjukkan ketidaktamakkan dan kerendahan hati. Tetapi jika makanan itu sulit dimakan dengan menggunakan tiga jari, dapat menggunakan lebih dari tiga jari saat makan."

dr. Charles Gerba dari University of Arizona mengatakan bahwa kita tak mampu mencegah masuknya kuman dan bakteri ke dalam tubuh. Tetapi hal ini dapat dicegah dengan mencuci tangan dengan menggunakan sabun. Selain itu pada tangan (dengan asumsi telah dicuci) terdapat suatu enzim bernama RNAse yang dapat berikatan dengan kuman dan bakteri sehingga terhambatlah aktivitas mereka dalam menginfeksi tubuh kita.

Enzim-enzim ini ada pada jari ini akan ikut termakan dan menghambat aktivitas kuman dan bakteri tadi jika dan hanya jika makan dengan menggunakan tangan. Hal ini menunjukkan bahwa makan dengan menggunakan tangan itu lebih higienis dibandingkan dengan menggunakan sendok dan garpu.

Perintah dan ayat di atas diturunkan sekitar 1400 tahun yang lalu kepada seorang Nabi yang Ummi. Bagaimana mungkin beliau saat itu mengetahui hal-hal dibalik perintah dan ayat di atas. Padahal hal ini baru ditemukan oleh para saintis baru-baru ini. Dan itu pun dengan menggunakan teknologi canggih dan berdasar pada ilmu pengetahuan yang telah berkembang. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur'an itu benar (begitu pula hadits otentik karena dari Allah juga) dari Rabbul 'aalamiin (32:2). Dan Rabbul 'alamin itu adalah Allah (1:2). Maka, benar pula bahwa Pencipta kita dan alam semesta adalah Allah Subhanahu wa ta'ala.

Kami akan menunjukkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami dari setiap penjuru dan pada diri mereka sendiri. Sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (Fushilat:53)

Allahu 'alam bish shawwab

Referensi

[1] Mind, Joe. (2015). 3 Alasan Atheist Tidak Mempercayai Keberadaan Tuhan. [Online]. Diakses dari https://www.kompasiana.com/djoemind/3-alasan-ateis-tidak-percaya-keberadaan-tuhan_5577b9b5319773177ac447c0

[2] Amazine. (2017). Apa Itu Gaya Sentrifugal? Definisi, Konsep, dan Penerapannya. [Online]. Diakses dari https://www.amazine.co/26467/apa-itu-gaya-sentrifugal-definisi-konsep-penerapannya/

[3] Widy. (t.t.). Fakta Mengejutkan Tentang DNA Manusia. [Online]. Diakses dari http://indotopinfo.com/fakta-menakjubkan-tentang-dna-manusia.htm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun