Pada titik ini aku sudah lelah fisik dan juga pikiran sehingga aku memutuskan untuk pulang saja ke hotel dan aku akan mulai lagi perjuangan ini besok pagi. Aku permisi kepada manajer restoran dan meminta no rekening bank restoran dan berjanji akan mentrasnfer tagihanku  sekembalinya ke Indonesia.
"Ga usah, kembali lagi saja besok," dia menolak
"Besok aku harus kembali ke Indonesia," jawabku
"Kalau begitu lain kali Bapak ke SIngapura, Bapak bisa mampir untuk membayar,"
"Belum tentu aku masih ada umur," jawabku tetap menolak usulannya
"Pak, boss saya sudah membebaskan tagihan makan Bapak, so don't worry about it, ok,"Â sang manajer mengulang kalimat untuk meyakinkanku.
"Bolehkah aku meminta nomor handphone pemilik restoran ini, aku ingin mengucapkan terima kasih atas kebaikannya,"
"Sure, no problem," sang manajer mengambil kartu nama dari meja menu dan menuliskan nama pemilik dan nomor handphone.
Kujabat tangan sang manajer dengan erat sambil menatap tajam matanya agar dia tahu apa yang akan aku katakan ini, benar-benar tulus keluar dari hatiku.
"Terima kasih banyak atas kebaikanmu, juga sampaikan pada pemilik restoran ini, jika nanti aku kembali ke Singapura, insyaAllah aku akan mampir, bukan saja untuk membayar tagihan namun yang lebih penting lagi untuk terus memelihara hubungan saya dengan orang-orang baik seperti kamu dan Bossmu."
"You're welcome my friend, take care," jawabnya sambil menepuk bahu lenganku.