"Tapi aku mempunyai kabar baik, Boss tadi telepon dan berkata bahwa Bapak tak perlu membayar makanan, bahkan dia bilang kalau bapak masih perlu makan, kami akan memberikannya secara gratis".
Kupejamkan mata sejenak dan menarik nafas sedalam-dalamnya. Sebagian beban yang tadi seperti menghimpit dada, terlepas sudah. "Terima kasih...., terima kasih atas kebaikan anda dan Boss."
"you're welcome, apakah bapak perlu minum?," tanyanya
"Cukup air putih saja," jawabku. Aku memang haus sekali karena sudah berjalan hampir dua kilometer.
"Sure... coming right up," manajer masuk kedalam dan kembali dengan sebotol air putih dan gelas kosong kemudian dituangkan di hadapanku. Pelayanannya padaku yang tak punya uang sepeserpun sama hebatnya dengan pelayananya pada tamu yang lain. Hatiku benar-benar tersentuh dengan kebaikannya yang tulus.
Handphone kembali berdering, dari Ramlan
"Fathi, berkali-kali Yusuf cuba hubungi awak tapi tak boleh dapat." suara Ramlan terdengar urgent
"Saya juga cuba talipun dia tapi tak dapat, nombor dia tak ada di whatsapp" pertemananku puluhan tahun dengan Ramlan membuatku bisa berbicara dengan dialek melayu.
"Cubalah kau hubungi dia dengan talipun restoran.," Ramlan terdengar agak kesal karena aku belum juga meminjam telepon restoran.
"Akan kuusahakan," jawabku singkat
Yang kuketahui jika menelpon ke sesama telepon rumah/kantor memang gratis di Singapura namun nomor Yusuf yang kudapat adalah nomor handphone, ada biaya untuk menelepon Yusuf. Hatiku masih enggan untuk meminta tolong kepada manajer yang sudah begitu baik hati.