Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hakikat Insan

18 November 2020   22:24 Diperbarui: 18 November 2020   22:31 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lazuardi.id

Lorong-lorong sunyi yang dilalui
Tertawa terbahak ditemaram
Tersenyum tersipu dalam kelam
Tergugu, entah apa yang ditangisi

Tembok, aku berbisik pada kokoh tembok
Brrr, dingin sekali dirimu kudekap
Tak baik jadi tempat meratap
Akan kisah kusut berkelok-kelok

Aku tinggalkan lorong, tembok, dalam pandang sepi
Mungkin mereka saksi mati
Akan kelana anak bumi
Terantuk terjal, jalan penuh onak duri

Sepuluh jari bersatu dalam satu kepalan
Tak rebah walau angin berubah haluan
Tak ada kata "henti' di perjalanan
Bukankah itu hakikat seorang insan?

FS, 18 November 2020

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun