Mohon tunggu...
Fata Azmi
Fata Azmi Mohon Tunggu... Guru - Belajar, Berlilmu, Bermanfaat

Guru Sekolah Dasar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mungkinkah Mengajar Tanpa Belajar?

8 Januari 2023   12:04 Diperbarui: 10 Januari 2023   03:00 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru sekaligus wali kelas III SDN 006 Krayan, Diana Yunus (51) bertekad mengajari siswa-siswanya agar mereka bisa menguasai membaca, menulis, dan berhitung dasar. Foto: Kompas.id/Sucipto

Dalam proses mencapai kesadaran diri menuju pengembangan potensi, sangat diperlukan usaha terus-menerus dan dengan berbagai cara. Hal itu untuk membuat daya potensi yang dimiliki, baik jasmani maupun ruhani, dapat terwujud secara baik dan optimal. Ketika kesadaran ini terus dikembangkan secara mendalam, sebagaimana diungkapkan Sanusi (2013:124), proses belajar akan diterima dan disikapi sebagai kewajiban setiap orang dewasa any where and any time yang kemudian kesadaran diri ini bertransformasi menjadi kesadaran kolektif untuk perubahan.

Lalu, bagaimana menumbuhan kesadaran guru untuk terus belajar?

(1) Belajar dimulai melalui proses berpikir dan bertanya tentang potensi, kelemahan, dan kelebihan diri. Singkatnya, bagaimana membangun dan menjaga kuriositas akan diri sendiri jangan sampai berhenti; (2) Kemudian dengar dan pelajari sudut pandang orang lain. Keasyikan dengan diri sendiri terkadang membuat lupa untuk meminta pendapat orang lain, padahal masukan mereka bisa membantu untuk menggali dan mengoptimalkan potensi diri; (3) Jika sudah mendapatkan gambaran dan jawaban dari dua proses sebelumnya, selanjutnya jangan menunda untuk memulai.

Menghadirkan Iklim Intelektual

Pendidikan memiliki derajat tinggi karena cita-citanya, aktivitas, dan lingkungan ilmiah yang seharusnya mampu membawa peradaban ke arah yang lebih baik dan beradab. Di sinilah peran serta guru dalam merespons perkembangan zaman dengan memosisikan dirinya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam perjalanan peradaban manusia, yaitu dengan menghadirkan iklim intelektual di kalangan para guru.

Wiyani (2013:185) mengungkapkan, iklim dapat diartikan sebagai suasana.  Suasana dalam dunia pendidikan haruslah intelek, yaitu adanya proses pemikiran yang lebih tinggi yang berkenaan dengan pengetahuan, daya akal budi, kecerdasan berpikir. Adapun dalam pengertian lain, Ali (2011 : 29) mengungkapkan, intelek dimaknai akal budi atau inteligensi yang berarti kemampuan untuk meletakkan hubungan dari proses berfikir.  Dengan adanya iklim intelektual, segala bentuk kebodohan, kesewenang-wenangan, keangkuhan diri, serta perbuatan kontraproduktif yang mendestruksi kehidupan dapat diatasi melalui kegiatan pendidikan.

Menghadirkan iklim intelektual harus dibiasakan oleh para guru di tengah tarikan pusaran kemajuan zaman yang begitu hebat. Sebab, sebagaimana diungkapkan Hoy dan Miskel (2014:213-214), atmosfer instansi pendidikan menimbulkan dampak besar terhadap perilaku orang-orang di dalamnya dan karena para penyelenggara pendidikan bisa menimbulkan pengaruh yang signifikan dan potensial bagi perkembangan "kepribadian", maka penting sekali melukiskan dan menganalisis iklim yang ada.  Salah dalam mengambil arah dan membuat arah dapat berakibat fatal untuk kemajuan pendidikan.

Konstruksi yang perlu dibangun ialah bagaimana guru memiliki pemahaman mendalam baik tentang profesinya maupun tentang dinamika kehidupan. Membangun basis keilmuan menjadi keniscayaan bagi para guru dengan berbagai kelompok studi yang tidak hanya menebalkan pemahaman tentang media, metode, dan strategi pembelajaran. Melampaui hal itu, harus ada penguatan keilmuan, peran, dan tanggung jawab terhadap masa depan perabadan.

Iklim intelektual harus diisi dengan penambahan kualitas dan kuantitas ilmu pengetahuan untuk dapat mencari solusi dan menyemarakkan kegiatan positif. Hal itu merupakan gerakan penyadaran terhadap generasi muda bahwa masa depan harus dipersiapkan. Dalam iklim yang membangun ini, pemahaman tentang konsep dan gagasan tokoh-tokoh besar, baik dari dalam maupun luar negeri, terutama dalam bidang pendidikan, perlu dipelajari dan dikaji secara komperhensif. Dengan cara ini, khazanah intelektual guru bertambah sehingga proses pendidikan dapat berjalan lebih dinamis dan progresif.

Wajah pendidikan tergambar dalam proses penyelenggaraan pendidikan. Di sanalah benih-benih pencerahan disebarkan hingga berujung pada realitas yang bernama masyarakat. Guru yang berada dalam iklim intelektual akan diasah untuk terbiasa belajar untuk mengajar dan mendidik. Menurut Wattimena (2016:165-166), mereka dilatih menjadi fasilitator dalam mengantarkan setiap pembelajar kepada jawaban dan pertanyaan selanjutnya dengan menggunakan setidaknya dua prinsip, yaitu keterbukaan dan kesetaraan.

Kesetaraan dalam arti tidak ada hierarki yang lebih tinggi dan tidak ada yang lebih rendah. Keduanya adalah partner untuk sama-sama berpikir dan sama-sama mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan. Sedangkan keterbukaan dapat diartikan dengan setiap pertanyaan sah, boleh diucapkan, dan setiap jawaban dapat dilihat sebagai berbagai kemungkinan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun