Mohon tunggu...
faris maulana
faris maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa Jurusan Manajemen S1

Pecinta tulisan dan pemburu ide sederhana yang sering terlewat. Menulis bukan hanya untuk dibaca, tapi juga untuk mengingatkan diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Perbedaan Kebijakan Purbaya vs Sri Mulyani: Benarkah Arah Baru Ekonomi Indonesia Lebih Menjanjikan?

14 Oktober 2025   23:04 Diperbarui: 14 Oktober 2025   23:04 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menkeu Purbaya beri keterangan pers usai temui Presiden Prabowo, Jakarta (Foto: BPMI Setpres/Setkab.go.id) 

Sri Mulyani, meski mendorong ekspansi fiskal dalam RAPBN 2026, tetap menekankan kehati-hatian dan menjaga keseimbangan pendapatan-belanja agar tidak bergantung pada utang (World Bank, 2023).

2. Stimulus dan Pro-Growth Policy

Purbaya mempercepat belanja pemerintah pusat, transfer ke daerah, insentif investasi, dan konsumsi rumah tangga untuk menjaga pergerakan ekonomi (Kontan, 2025).

Sri Mulyani, lewat KEM-PPKF 2026, juga menempuh kebijakan countercyclical, namun lebih selektif dalam penetapan prioritas serta menjaga rasio fiskal tetap sehat (Kemenkeu, 2024).

3. Respons Pasar & Kepercayaan Investor

Pasar keuangan bereaksi cepat terhadap perubahan ini (CNBC Indonesia, 2025). Kekhawatiran muncul bahwa disiplin fiskal akan melonggar.

Rupiah menjadi lebih volatil (BI, Sept 2025), yield obligasi naik (Bloomberg, 2025), dan biaya pinjaman meningkat. Investor menuntut transparansi dan prediktabilitas kebijakan (IMF, 2024).

Analisis: Apakah Arah Baru Lebih Menjanjikan?

Potensi Positif

  • Pertumbuhan Ekonomi Bisa Lebih Tinggi -- Stimulus fiskal, percepatan belanja, dan insentif berpotensi mendorong UMKM, infrastruktur, dan konsumsi rumah tangga. Data Q2-2025 menunjukkan pertumbuhan 5,12% yoy, tertinggi sejak 2023 (BPS, 2025).

  • Respon Terhadap Kondisi Global -- Perlambatan perdagangan dunia dan ketidakpastian global memerlukan respons fiskal agresif (WTO, 2025). Gaya Purbaya lebih adaptif.

  • Pemerataan Daerah -- Transfer ke daerah dan proyek infrastruktur memperkuat daya beli lokal (Kemenkeu, 2025).

  • Daya Tarik Investasi -- Relaksasi regulasi dan insentif lebih luas dapat menarik investasi asing maupun domestik (BKPM, 2025).

Risiko yang Harus Diwaspadai

  • Defisit & Utang Melebar -- Beban bunga utang meningkat jika pendapatan negara tidak naik signifikan (Kemenkeu, 2025).

  • Inflasi & Nilai Tukar -- Stimulus besar tanpa pasokan memadai dapat memicu inflasi (BI, 2025).

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    6. 6
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
    Lihat Kebijakan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun