Mohon tunggu...
Farijal
Farijal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Bukan siapa-siapa.

Kadang nulis

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Anak 'Indie' Ketika di Angkringan

28 November 2021   13:49 Diperbarui: 9 Mei 2022   21:09 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dokumen Pribadi

Beberapa hari terakhir hujan hadir di setiap pertemuan sore hari. Curah hujan memang sedang, namun intensitas hujan berlangsung sampai menjelang malam hari. Alhasil, selama ini, kasur adalah sahabat terdekat bagi saya.

Hujan turun di Kota Solo ini, bahkan di beberapa titik, seperti di daerah Kelurahan Purwosari, Laweyan mengalami kebanjiran. 

Berdasarkan informasi, banjir yang menimpa daerah tersebut. Memang sudah menjadi langganan setiap turun curah hujan yang tinggi. Menariknya, Walikota Solo, Gibran Rakabuming Raka, meminta maaf atas kejadian banjir yang sebagian menimpa daerahnya. 

Jujur saja, Mas Gibran belum menemukan solusi atas permasalahan ini. Saya apresiasi atas kejujuran Mas Gibran.

Yang menjadi evaluasi penting untuk Mas Gibran, setidaknya kalau sudah menjadi catatan. Mungkin, ada planning yang tepat, tidak ada salahnya mencoba untuk sedikit mengurangi permasalahan tersebut. 

Seperti, Pemerintah DKI Jakarta yang giat membangun sumur serapan. Salah satu program kerja yang ditawarkan oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. 

Sumur serapan yang digeber pembuatannya oleh Pemerintah DKI Jakarta, akan menunjukan eksistensinya. Walaupun diluar sana, banyak pengamat yang menilai bahwa pembuatan sumur serapan adalah hal sia-sia. 

Terlepas dari semuanya itu, akhir-akhir ini saya merasakan selera makan naik turun. Tinggal di Kota kelahiran Presiden, bagi saya adalah hal yang luar biasa. 

Disini biaya hidup murah, orang-orangnya ramah, banyak peninggalan sejarah yang selalu ada untuk dikaji dan sebagainya. Bagi saya, Kota Solo adalah istimewa.

Semalam, saat hujan hanya melintas sebentar di Kota ini. Tepat pada pukul 21.20 saya keluar mencari makan. Memang, seperti apa yang saya katakan, nafsu selera makan, akhir-akhir ini mulai menurun. 

Tidak jauh dari tempat saya tinggal, saya berhenti di angkringan. Berbagai makanan dan aneka gorengan tersaji di meja. Saya memesan sebungkus Mie Instan kuah rasa ayam, lengkap dengan telur dan potongan cabe kecil. 

Tak lupa, bapak penjaga angkringan menanyakan minuman. Saya hanya memesan satu gelas air putih, dengan sigap air putih disajikan. Sementara bau aroma Mie Instan mulai menyeruak ditengah padatnya lalu lalang kendaraan malam Minggu.

Satu mangkuk Mie Instan berhasil disajikan. Potongan cabe berwarna merah semakin menggairahkan selera makan. Telur ditiriskan diatas mie. Beberapa gorengan semakin membingungkan untuk dipilih. Dua tahu bacem saya ambil dari wadah. 

Makanan satu ini sangat unik bagi saya, mempunyai cita rasa manis, seperti yang telah dikatakan beberapa orang sebelum saya menginjakkan kaki pertama kali di Solo pada 2019 lalu. Makanan di kota ini memang identik dengan unsur manis.

Salah satu teman satu angkatan saya, yang berasal dari Sulawesi pernah bercerita pada saya. 

"Aneh," begitu ucapnya. 

Pertama kali mencicipi Tahu Bacem. Baginya, makanan ini sungguh aneh di lidahnya. Bahkan, kalau boleh dibilang, ingin memuntahkannya di tempat itu juga. Mendengar penuturannya, saya terpingkal-pingkal.

Tak lama berselang, datang laki-laki ke angkringan. Mengambil dua bungkus nasi kucing dan beberapa gorengan. Saya heran, laki-laki ini, justru memesan kopi. Sembari memakan nasi kucing, dia juga meminum kopi dalam satu waktu. 

Sempat saya berpikir, apakah mas-mas ini adalah anak indie? Yang serba identik dengan kopi? Jangan-jangan, mas ini juga sangat lihai dalam berkata-kata. Setelah makanannya habis, mas-mas ini menyeruput kopi dengan nikmat. Tak lupa sebatang rokok dirogoh disakunya. 

Ditengah pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam kepala. Angkringan, memang sangatlah familiar di daerah Solo dan Jogja. Bau asap rokok yang menyembul keluar di setiap setiap sudut bibir masyarakat, adalah solusi ditengah kebisingan tuntutan hidup yang menerjang. 

Diakhir kalimat, saya ingin mengkukuhkan, angkringan adalah solusi keluh kesah dari beragam tuntutan hidup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun