Mohon tunggu...
Farid Fauzi
Farid Fauzi Mohon Tunggu... Swasta -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cakak Banyak dan Krisis Toleransi

17 Agustus 2018   05:52 Diperbarui: 17 Agustus 2018   06:28 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: annasindonesia.com

Iftitah

Erwin Syahputra menghembuskan napas terakhirnya setelah mendapatkan sejumlah tusukan di kepala, dada dan perut. Sementara itu, Tedi Sutandi anggota DPRD Kab. 50 Kota dan adiknya Primsito sekarat usai tragedi cakak banyak itu.

Cakak banyak atau perkelahian masal itu dipicu perebutan tanah ulayat (tanah kaum) di perbatasan nagari Taram dan Pilubang, Kab. 50 Kota. Masyarakat Taram umumnya mengatakan bahwa tanah itu milik suku mereka, tetapi Tedi Sutandi dan masyarakat Pilubang telah lama memanfaatkan tanah tersebut. Sebelum terjadi peristiwa cakak banyak tersebut, masyarakat Taram dan Pilubang sempat cekcok sesaat, karena kedua kubu saling klaim kepemilikan, akhirnya berbuntut pada perkelahian masal (Kabarpolisi.com, 11/09/2017).

Peristiwa sama juga terjadi di Kabupaten Solok, dipicu masalah pekerjaan proyek dua kelompok pemuda Nagari Koto Laweh dan Kecamatan Lembang Jaya cakak banyak. Akibat kejadian itu, lebih dari dua pemuda mengalami luka serius dan empat pemuda lainnya diamankan petugas kepolisian. Kajadian itu bermula ketika empat pemuda menadapatkan proyek pembuatan jalan baru di Nagari Koto Laweh. Karena pemuda Koto Laweh merasa iri kepada empat pemuda yang mendapatkan proyek itu, maka terjadilah cekcok dan pengeroyokan oleh pemuda setempat. Merasa tidak terima dikeroyok, empat pemuda tersebut membawa pemuda-pemuda Lembang Jaya ke Koto Laweh untuk membalas aksi pengeroyokan, sehingga bentrok cakak banyak tidak bisa dielakkan. Banyak rumah warga rusak akibat dilempari batu, begitu juga dengan kendaraan masyarakat yang berada di sekitar kejadian, tidak luput dari amukan masa yang naik pitam (Kabarsumbar.com, 21/08/2017).

Dua tragedi cakak banyak di atas adalah potret telah terkikisnya nilai-nilai toleransi di masyarakat. Bagaimana tidak, ketika ada perbedaan pendapat dan berlainan cara bersikap, tidak selesaikan dengan duduk bersama atau musyawarah. Perilaku tersebut ibarat hukum rimba, yang memaksakan sesuatu dengan kekerasan.

Tragedi cakak banyak tersebut tentu sangat sharih bertolak belakang dengan spirit al-Qur'an dan nilai adat istiadat Minangkabau. Ini adalah perilaku intoleran yang harus dimusnahkan. Jika tidak, berarti telah terang-terangan menentang al-Qur'an dan adat istiadat Minangkabau. Bila al-Qur'an dan adat yang bertopang al-Qur'an sudah ditentang, alamat hidup tidak akan selamat dunia dan akhirat. Mirisnya, perilaku buruk itu terus saja berkembang, ibarat jamur yang tumbuh subur di kayu yang lapuk. Tidak jarang kita mendengar, membaca dan menonton di televisi perilaku cakak banyak atau perkelahian masal itu. Mulai dari cakak banyak antar siswa, mahasiswa bahkan pejabat pun ikut terjangkiti perilaku buruk ini. Oleh karena itu, umat Islam umumnya dan masyarakat Minang khususnya harus segera berbenah. Belajar bagaimana cara menyikapi dan berlapang hati dalam perbedaan. Baik itu perbedaan pendapat maupun perbedaan cara bersikap.

Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam dan basis adat istiadat Minangkabau, tentu menyediakan solusi untuk mengatasi perilaku buruk ini. Namun sebelum menerangkan solusi al-Qur'an untuk mengatasi permasalahan ini, Penulis akan memaparkan terlebih dahulu data dan fenomena cakak banyak tersebut.

Krisis Toleransi

Dua peristiwa cakak banyak yang telah Penulis paparkan di atas adalah bukti bahwa masyarakat telah tejangkit penyakit intoleransi. Suatu keadaan di mana ketika berbeda pendapat lalu diakhiri dengan adu jotos. Perilaku tersebut bukannya memberikan solusi tetapi malah menambah problema, yang menang saja merugi, apalagi yang kalah. Mulai dari luka-luka, menimbulkan kerusakan di tengah-tengah masyarakat, sampai kepada hilangnya nyawa.

Rasulullah Saw. telah melarang perilaku cakak banyak tersebut, sebagaimana hadis yang diriwayatkan Imam Muslim:

Artinya: "Dari Ahmad bi Sa'id al-Darimi, dari Hubban, dari Wahab, dari Suhail, dari ayahnya, dari Abi Hurairah, dari Nabi Saw. "Janganlah kalian saling bermusuhan dan jangan pula saling membenci, sebab kalian semua adalah bersaudara." (Shahih Muslim, t.th: 2563).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun