Bagi pembaca yang lebih nyaman untuk menonton, silahkan cekidot di link youtube :
Seperti biasa... kumpul pukul 07.00 pagi di rumah Bpk/Ibu Komandan, sarapan trus cuzzz pukul 07.30 melalui toll MBZ (Mohammad bin Zayed) trus ke arah Cikampek dan toll Purbaleunyi. Silahkan buka Uncle Google, nanti diarahkan ke jalan Raya Bandung -- Garut terus ambil arah ke Cicalengka dan seterusnya. Seperti biasa juga, kami sempat toilet stop di gerai minimart yang memasang logo toilet dan kami juga berbelanja cemilan cepuluh dan minuman serta tissue.
Banyak yang sudah menulis tentang pendakian gunung ini, di bawah ini informasi yang saya sadur dari Wikipedia.
Gunung Kerenceng merupakan sebuah gunung yang terdapat di Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Gunung Kerenceng mencangkup Kecamatan Sumedang Selatan, Kecamatan Cimanggung, dan Kecamatan Pamulihan. Gunung Kerenceng mempunyai ketinggian 1.736 Mdpl dengan ketinggian relative 1.680 Mdpl. Di bagian barat Gunung Kerenceng terdapat puncak lainnya seperti Puncak Pangukusan (1.558 Mdpl) dan Puncak Kareumbi (1.685 Mdpl). Gunung Kerenceng merupakan gunung yang didigua pernah mengalami aktivitas vulkanik. Gunung ini berbentuk strato dengan cerukan menyerupai kawah yang sobek ke arah barat. Sungai yang berhulu di gunung ini antara lain Sungai Cikarobokan, Sungai Cimanggung, Sungai Cikandang, Sungai Pojok, Sungai Ciguling, Sungai Cilembu, Sungai Cijogjog dan Sungai Cileuleuy.
Menurut Kamus Bahasa Sunda susunan R.A Danadibrata halaman 333 yang diterbitkan oleh Panitia Penerbit Kamus Basa Sunda, menyebutkan bahwa Krncng berarti Gengge Raranggeuyan, Gengge Beunang Niiran, Loceng, Kirincing. Gengge sendiri bisa diartikan secara bebas yaitu Gelang Kaki dan Raranggeuyan bisa berarti banyak, sedang Gengge Beunang Niiran bisa diartikan Gelang kaki yang disusun dengan cara ditusuk seperti sate. Sedang kata Loceng berarti Lonceng dan Kirincing bisa berarti bunyi Kirincing.
Pendakian Gunung Kerenceng dimulai dari Kampung Jambuaer maupun Kampung Sayuran di Desa Sindulang, Kecamatan Cimanggung. Selain dari Kampung Jambuaer, titik pendakian bisa mulai dari Kampung Situhiang, Desa Tegalmanggung, Kecamatan Cimanggung.Â
Jalur awal berupa anak tangga yang dibuat dari semen untuk memudahkan akses jalan warga desa dari dan menuju pemukiman serta kebun garapan. Kebun-kebun sayuran berupa kol, cabe dan varian lainnya menghiasi jalur pendakian ini.Â
Seusai memasuki kawasan perkebunan warga, jalur mulai memasuki pintu hutan dengan ditandai sebuah plang hijau kusam milik Perhutani yang termakan usia. Jalur mulai menanjak dan semak belukar semakin rimbun, tumbuhan perdu dan pinus menghiasi jalur pendakian.Â
Jalur tersebut cukup jelas walau bisa dikatakan jalur tersebut jarang dilalui penduduk dilihat dari tingginya ilalang-ilalang yang tumbuh subur menghalangi jalur. Semakin memasuki hutan jalur mulai bervariasi dan semakin menanjak melipir punggungan. Sekitar 3 jam berjalan menjelajah hutan, maka sampailah di titik tertinggi Kerenceng.
Pukul 10.27 kami sudah tiba di daerah Dampit-Bandung dan pukul 10.45 mobil kami dapat parkir tepat di depan "Kerenceng Gallery" yang dimiliki oleh salah seorang penduduk setempat namun menampung dan menjual barang-barang hasil karya masyarakat sekitarnya yaitu Dusun Jambuaer, Desa Sindulang, Kec. Cimanggung, Kabupaten Sumedang.
Kami bergegas mempersiapkan diri dengan backpack seringan tapi dengan isi selengkap mungkin. Tracking pole, jaket tahan air dan angin, topi, senter, minyak kayu putih, cream anti kram, air minum, coklat batang, roti & kue, dan mobile phone.
Sempatkan diri ke toilet (Ibu warung menunjukkan tempat di bagian atas, yaitu toilet di samping tempat konveksi rajut pakaian dekat masjid). Ketika sedang menunggu giliran, Cie Wawa bertanya kepada mereka apakah ada jasa ojek ke titik yang paling mungkin dijalani motor... dan ternyata ada beberapa pemuda karang taruna yang mengusahakan jasa motor itu.
Akhirnya sekitar pukul 11.10 kami membonceng ojek motor, melalui jalan dengan permukaan semen dan cukup terjal, dilanjutkan dengan jalanan tanah sampai ke titik terakhir perkebunan warga (sebelum mencapai Pos 1), di mana motor harus berhenti karena ada genangan air yang membuat ban motor menjadi licin. Pemuda yang memberikan tumpangan kepada saya bercerita bahwa dia biasa mengantarkan panen sayur mayur turun dengan memakai rantai di ban nya jika hujan turun. Lumayan hemat waktu dan tenaga sekitar 1.5 km atau 10 menit bermotor.
Pukul 11.20 turun dari motor, kami melanjutkan perjalanan mendaki menuju ke pos 1 (ada penunjuk arah dari lempengan alumunium ditempelkan ke bambu yang ditancapkan di tikungan menuju ke Pos 1. Pepohonan tinggi mulai mendominasi di kiri kanan jalan setapak
Pukul 11.43 kami tiba di Pos 1, harus disempatkan untuk berfoto ya supaya tahu, kapan dan sudah di pos berapa J Ingat tarik napas ya hahaha.... Dari Pos 1 menuju ke pos berikutnya, rerumputan semakin meninggi. Dan sekitar pukul 11.50 ada 2 ekor anjing dengan posisi diam tapi menyalak keras saat melalui mereka.
Akhirnya pukul 12.15 satu per satu kami tiba di Pos 2 di mana terdapat "sofa" bale-bale bambu mungkin tadinya tempat orang berjualan? Kami membuka bekal, risoles, kroket, coklat dan minuman menjadi penghiburan di tengah perjalanan yang masih cukup panjang. Mungkin di lokasi ini dapat dijadikan tempat berkemah (2 tenda kecil). Semua sampah dimasukan dalam satu kantong dan digantung di salah satu tiang untuk dibawa ke bawah saat perjalanan pulang nanti.
Pukul 12.30 kami bergerak maju dan ternyata hanya 8 menit kami sudah tiba di tempat panggung pemotretan "Panoramic View" ... termasuk papan kayu yang mengingatkan pengunjung untuk melestarikan alam. Puas beraksi di "Atas Panggung" , kami membuka dan menyantap bekal nasi kuning "Dapur Teteh Susi" ... Di sini dapat memuat 3-5 tenda kecil untuk berkemah.
Setelah merapikan sampah dan menggantung di belakang papan peringatan, kami  melanjutkan pendakian ke Pos 3. Medan semakin menanjak cukup tajam ... sekitar 30 derajat yang membuat nafas memburu dan lutut lumayan sakit untuk usia paruh baya yang jarang berolah raga.
Pukul 13.38, kami tiba di Pos 3, tetap masih berfoto ria sambil mengumpulkan nafas dan tenaga. Mengingat waktu semakin sempit karena kami harus kembali ke Jakarta pada hari yang sama dan tidak ingin menuruni gunung dalam keadaan hujan atau gelap, maka perjalanan dilanjutkan menuju Pos 4.Â
Medan nya menanjak terus dengan jalan setapak yang semakin kecil dan terlihat hanya dijalani sesekali oleh pengunjung (bukan jalur penduduk), salah satunya adalah ada bagian tanah yang berbahaya untuk dipijak (lihat foto di bawah ini), jika hujan turun atau hari mulai gelap, pasti sangat berbahaya dijalani. Waspada ya temans.
Puji TUHAN, pukul 13.50 tibalah di Pos 4. Tarik napaaaaasss.... And cekrekkkk.... Ayooo lanjutkannn, pukul 13.57 kami beranjak mendaki lagi... medan semakin curam, jalan setapak semakin menyempit dan kiri kanan adalah jurang berpepohonan. Hingga di suatu titik pukul 13.59 ada jalur longsor yang hanya dapat memuat satu kaki dan kondisi tanah lunak, untuk laki-laki biasanya dapat dijalani dengan satu langkah tapi untuk perempuan lebih baik memegang tracking pole yang diberikan oleh orang yang berada di depannya karena harus menapaki tanah itu sebanyak 2 langkah.
Ternyata dari Pos 4 menuju ke puncak, kami harus mendaki Tanjakkan Barul (tertulis di papan petunjuk arah) , di pukul 14.00 tarik napaaassss... buang napaaaasss....matahari cukup terik tapi pendakian ini menguras keringat dengan tanjakannya yang cukup curam.
Pukul 14.20 kami tiba di sebuah tempat sempit dengan papan peringatan "Puncak Gn. Kerenceng 1754 Mdpl Bawa pulang sampah" yang berada tepat di "kaki" (di bawah) puncak paling terjal Gunung Kerenceng. Di sini setiap pendaki dapat memilih "lanjut" atau "cukup" di sini ajaaah J Setelah berfoto kilat karena awan abu2 serta kabut mulai turun... berpacu dengan waktu...
Kami ber-8 memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mendaki menuju puncak nan terjal. Pukul 14.25 satu per satu (ngga bisa jalan berdampingan karena jalan setapak sangat sempit dengan jurang terjalan di kiri kanan jalan jelas terlihat, sementara bebatuan besar harus kami pijak dan daki untuk menuju puncak dengan tanda tiang bendera tertancap di puncak nya.
Akhirnyaaaaa... Puji TUHAN banget, satu per satu kami tiba di puncak Gunung Kerenceng pukul 14.35-14.40 langsung berfoto ria karena kabut putih sudah turun semakin cepat... foto dengan berbagai gaya dengan latar belakang papan nama Gunung Kerenceng 1754 Mdpl (bukan 1736 Mdpl seperti tertulis di Wikipedia). Luas puncak ini sangat mungil  dengan batu cukup datar di bagian tengah, mungkin hanya memuat maksimal 10 orang saja. Oh ya, sebagai informasi aja...di lokasi foto handphone tertulis Sumedang-Margamekar untuk puncak Gunung Kerenceng nan terjal ini.
Ngga mau terjebak medan tanah licin karena hujan dan gelap nya malam, maka mulai pukul 14.52 kami menuruni puncak gunung... bingung mau pakai gaya tengkurap atau gaya "ngesot" (artinya tracking pole dipendekin) atau normal berdiri ditopang tracking pole? Terserah loedeh, yang penting selamat pulang ke rumah masing-masing hahahahaha... Puji TUHAN, pukul 15.09 kami sudah berada di "kaki" puncak Gn. Kerenceng tempat kami berfoto sebelum memulai pendakian curam ke puncak tadi. Di jam tangan Kak Deddy tertera ketinggian / elevasi tempat ini adalah 1709 Mdpl.
Kami segera turun ke Pos 4 karena kabut semakin menyergap... hindari hujan karena jalanan tanah akan menjadi sangat licin, sementara kiri kanan jalan setapak adalah jurang. Dari "kaki" puncak ini, saya sudah merasakan lutut yang sakit dan gemetar jika dibawa menuruni gunung... sehingga saya tetap memilih gaya duduk ketika menuruni jalanan terjal dan menopang tubuh dengan tracking pole. Pukul 15.35 tiba di Pos 4 lalu tanpa istirahat lanjut menuju ke Pos 3 karena kami harus melalui bagian jalan setapak yang longsor sebelum hujan dan gelap senja.
Puji TUHAN, kami tiba di Pos 3 pukul 16.00 , terus dilanjutkan ke Pos 2 pada pukul 16.20 dan selanjutnya tiba di Pos 1 pukul 16.40 , lalu menelpon ojek para pemuda tadi untuk menjemput kami di titik di mana kami di drop tadi siang.
Pukul 16.45 satu per satu kami menumpang motor untuk kembali ke tempat parkir mobil. Sebagian langsung berganti baju di toilet samping tempat konveksi rajut baju dan sebagian membeli kopi di Kerenceng Gallery sebagai bentuk terima kasih kami kepada masyarakat setempat.
Yang harus disiapkan dan dibawa untuk mendaki Gunung Kerenceng :
- Jika tidak menginap, seperti biasa untuk tracking :
Tracking pole, sepatu gunung tertutup (kalau ada yang menutupi mata kaki sehingga meminimize keseleo), jaket tipis tahan angin dan hujan, topi, sunglass, 1 stel pakaian ganti, emergency lamp/senter, pluit, obat2an pribadi, tissue basah & kering, bekal makanan minuman, uang secukupnya dan new normal props seperti antiseptic/disinfectant liquid (kalau spray mudah tertiup angin).
- Kalau menginap,  maka  semua perlengkapan standard di atas ditambah dengan tenda, peralatan memasak dan bahan masakan, air minum dan air untuk bebersih secukupnya karena ada area berkemah yang cukup jauh dari sungai kecil.
Biaya yang dikeluarkan :Â
- Bensin, makan minum relatif untuk tiap orang
- Retribusi 10K per orang,
- Parkir mobil 10K,
- Ojek naik/turun jika diperlukan @10K per orang,
- Buat masyarakat dan tips serelanya
Semoga tulisan ini bermanfaat. Indah nya berbagi.Â
GOD bless
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H