Di era sekarang banyak orang yang lebih mementingkan gengsi dibandingkan kebutuhan hidupnya. Hal ini disebabkan karena mereka tidak ingin merasa tertinggal dari gaya hidup orang lain. Fenomena ini sering disebut  FOMO (Fear of Missing Out) bukan lagi hal asing bagi kita, terutama di kalangan Gen Z. Dimana seseorang merasa cemas atau khawatir akan tertinggal pengalaman atau kesempatan yang sedang tren. Dorongan untuk selalu up-to-date dengan tren terbaru, tempat nongkrong kekinian, hingga outfit wajib, seringkali membuat mereka dihadapkan pada pilihan sulit yakni menyesal membeli atau menyesal tidak membeli.
Beberapa contoh FOMO dikalangan Gen Z Â salah satunya saat membeli outfit di mall ataupun toko tertentu yang membuat mereka sering kali bingung antara membeli atau tidak. Ketika dihadapkan pada sebuah baju atau aksesori yang sedang hits di mall, pemikiran kita cenderung "lebih baik menyesal beli daripada menyesal tidak beli" seringkali menjadi pemicu keputusan impulsif. Kesempatan dianggap langka, eksklusif, dan cepat berlalu. Dan ada ketakutan tersendiri secara mendalam "ketinggalan" jika tidak segera memiliki barang tersebut, terutama jika teman-teman atau influencer favorit sudah memilikinya, kita akan tertinggal oleh mereka dan dianggap kudet jika kita tidak segera melakukannya. Denga ini bertindak secara tergesa gesa tidak memikirkan hal yang akan terjadi selanjutnya keputusan ini sering berujung penyesalan. Setelah pembelian mereda atau sudah tidak tren lagi, banyak yang menyadari bahwa barang tersebut ternyata tidak benar benar dibutuhkan, jarang dipakai bahkan tidak digunakan bahkan akan menimbulkan kekurangan uang atau menghambur hamburkan uang saja. Bahkan, ketika tren tersebut sudah mereda harga yang dipasarkan pun akan menurun drastis.
Di sisi lain, ada juga penyesalan karena tidak membeli. Ketika sebuah barang yang sempat tren kini sulit ditemukan dan bahkan sudah tidak ada lagi. sebuah tren yang tadinya dianggap remeh ternyata sangat cocok dengan gaya pribadi,  terkadang merasa  "seandainya dulu aku beli" perkataan tersebut akan diucapkan ketika perasaan menyesal itu muncul. Ini adalah konsekuensi dari kehati-hatian yang berlebihan, atau saat seseorang terlalu banyak mempertimbangkan opini orang lain dan dirinya sendiri. Bagaimana kita bisa keluar dari permasalahan tersebut? Kata kunci dari permasalahan tersebut terletak pada kesadaran diri dan prioritas kebutuhan. sebelum memutuskan untuk membeli bisa kita pertimbangkan terlebih dahulu apakah barang tersebut benar benar dibutuhkan atau tidak. Dan juga dipikirkan secara matang agar tidak ada penyesalan diakhir.
Belajar untuk tidak mudah terpengaruh oleh tekanan sosial atau tren sesaat adalah hal yang sangat penting. Untuk membangun kepercayaan diri pada pilihan pribadi, dan memahami diri sendiri bahwa kebahagiaan sejati tidak diukur dari seberapa banyak kita mengikuti trend  seperti membeli barang branded yang dimiliki, hal tersebut akan sangat membantu mengurangi potensi penyesalan. Hidup adalah pilihan, meminimalisir penyesalan bukan bearti tidak pernah membuat kesalahan, melainkan belajar dari setiap keputusan dan semakin bijak dalam menentukan prioritas.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI