Mohon tunggu...
Farhan Risyad Razaq
Farhan Risyad Razaq Mohon Tunggu... Lainnya - Lulusan dari Universitas Brawijaya, Studi yang ditempuh adalah Ilmu Administrasi Publik.

"if i had remained invisible, the truth would stay hidden" -Lana Wachowski Halo! Saya farhan senang bisa berbagi hal-hal yang bermanfaat, semoga semua tetap waras, trus jaga akal sehat dengan perluas wawasan. Emang lana wachowski bukan hanya seseorang yang menciptakan film yang keren kayak the matrix, tapi juga punya keresahan yang ingin disampaikan. semoga di platfom ini kita semua menikmati keresahan kita masing-masing. selamat beresah ria!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Plastik Melalui Kacamata Para Pedagang

2 Desember 2022   08:42 Diperbarui: 2 Desember 2022   08:51 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Di dalam gedung pasar, sebagaian besar di dominiasi oleh pedagang sepatu grosiran, walau ada beberapa baju dan gamis yang juga turut hadir di kios-kios. Di salah satu kios grosiran sepatu saya bertemu Lori (27) sedang duduk sendiri di kios milik bapak-ibunya. Ia sedang berjaga menunggu ada orang mengunjugi kiosnya. Katanya dagangannya sepi semenjak covid melanda, "makin parah mas sejak covid apalagi sekarang," ujar Lori. Lori jarang belanja kantung plastik karena kiosnya hanya melayani pembelian grosiran. Kata lori "itu mas kalau mau kesana pedagang eceran paling banyak," saran dirinya kepada saya.

Menurut perkiraan dirinya, Lori hanya menghabiskan 30 lembar plastik sehari, kalau di akumulasikan perbulan ia hanya menghabiskan Rp.50.000, jadi Lori menghabiskan sekitar 4-5 pcs per bulan untuk kiosnya. Bagi dirinya itu bukan jumlah yang banyak dibanding dengan pedagang eceran.

Dalam menanggapi anjuran pengurangan penggunaan plastik, Lori beberapa kali mengetahuinya dari membaca selebaran yang di tempel di tembok pasar dan penyampaian himbauan secara verbal melalaui pengeras suara. Bagi Lori senada dengan Bayu bahwa sebagai pedagang grosir untuk membungkus dagangannya memerlukan plastik agar tidak terkena air sewaktu dikirim ke luar kota.

Tidak jauh dari kios Lori, saya mengunjungi kios grosiran sepatu lain, di depan kiosnya Rafi (23) memberitahu saya bagaimana cara dirinya membungkus orderan sepatu. Katanya dus sepatu ditumpuk dua sampai tiga baris secara vertikal, tumpukan itu diikat pakai tali rapiah, kemudian baru dimasukaan kedalam plastik besar. Plastik besar itu dimasukan kembali kedalam karung yang didalamnya sudah terdapat dus seukuran karung tersebut sebagai kerangka dan pelindung terhadap tekanan-tekanan dari luar. "semua pedagang disini cara bungkus gini mas," tambah Rafi.

Setelah memperagakan cara membungkus, Rafi kemudian duduk beristirahat. Ketika ditanya, dirinya mengaku baru disini jadi tidak banyak tahu apa yang terjadi. Selepas lulus dari kuliah di Jakarta, Rafi, beraktifitas menjaga kios yang biasa dijaga oleh kakaknya di Pasar Kebon Kembang. Ia mengatakan kalo usahanya masih skala kecil, belum seperti yang disana---dirinya menunjuk salah satu kios.

Ketika ditanya soal pengurangan plastik, Rafi menyatakan opininya, katanya, "Kalau pedagag mungkin mau aja mas, asal murah atau ya bisa aja di biayain tuh kantong belanjanya, tapi kalo grosiran sulit bungkus-bungkusnya nanti". Rafi juga mengatakan kalo himbauan yang ditempel percuma hanya dibaca kalau tidak ada solusi dari pemerintah.

Kemudian saya menghampiri seseorang yang dianggap Rafi usahanya paling besar di Blok F itu. Saya bertemu didepan kiosnya, dengan nada yang ramah ia menyapa, "eh mas, ada pa, dari mana mas". Pria itu beperawakan chinese, dengan kaos oblong dan celana pendek. Ketika ditanya nama ia tidak mau menyebutnya dan meminta jangan disangkut pautkan dengan kiosnya.

Ketika pria chinese itu disodorkan pertanyaan, tak disangka ia seperti mempunyai unek-unek yang terpendam, dirinya terlihat begitu semangat ketika menjawab pertanyaan. Pada awalnya ia mengutarakan komentar yang kurang lebih sama dengan pedagang lainnya. Tetapi akhirnya ia menegaskan, "memang benar mas kalau di masalah ini kita membutuhkan pengorbanan, kalau ga ada yang berkorban ini masalah ga selesai, dan akan semakin parah, kalau saya maunya yang mulai duluan usaha-usaha besar itu dulu tuh yang menggunakan plastik di tindak baru kita yang kecil-kecil" ucapnya dengan menggelora.

Kios-kios grosiran sepatu di Pasar Kebun Kembang  memiliki areanya sendiri, jika kita ke tengah kita menemukan kios lain selain sepatu. Di tengah didominasi oleh kios yang berjualan baju dan seragam, ada juga menyempil kios busana muslim jika dihitung hanya sekitar dua kios. Para pedagang biasanya duduk dengan bangku di depan kiosnya. Tidak ada yang bersura hanya diam menunggu pembeli datang.

Terlihat salah satu pedagang di kios sedang menikmati makananya. Ketika saya melihatnya, Ia terlihat Seperti terpergok, gesturnya tubuhnya kaget dan  menghadap ke saya berbasa-basi menawarkan makanannya---mungkin ada larangan dari pengelola pasar, "mas makan mas,"  ujar nya. "biasa mas, siang gini laper mas," tambah perempuan itu.

Kemudian, saya mendekati perempuan tersebut, ia bernama Nurel (38). Di kiosnya Nurel berjualan gamis dan seragam sekolah. Ternyata ia tidak sendiri berdagang, Suaminya juga ikut berjualan tapi digedung sebelah. Barang dagangannya bisa dibeli secara eceran atau bisa juga digrosir. Sebagaian besar barang dagannya dibeli secara grosir.  Katanya, "ya kalau disini ya walau jual eceran tapi yang beli rata-rata grosiran".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun