Mohon tunggu...
Muhammad FarhanIndra
Muhammad FarhanIndra Mohon Tunggu... Mahasiswa Magister Psikologi Pendidikan, Universitas Indonesia | Sedang meneliti topik motivasi belajar, resiliensi akademik, dan pendidikan remaja.

Sedang belajar dan melakukan proyek penelitian di bidang pendidikan dan psikologi remaja. Suka menulis tentang motivasi belajar, isu pendidikan, dan pengalaman di dunia akademik. Tertarik menghubungkan teori yang dipelajari di kelas dengan fenomena nyata di sekolah dan kehidupan generasi muda.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hadiah Bisa Mematikan Motivasi? Ini Kata Peneliti

11 Agustus 2025   07:40 Diperbarui: 11 Agustus 2025   08:08 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Foto suasana siswa belajar menjelang ujian -- macancy/Unsplash
Foto suasana siswa belajar menjelang ujian -- macancy/Unsplash

Bagaimana Memberi Reward yang Tepat?

Hadiah sebenarnya bukan "penjahat" di dunia pendidikan. Yang sering membuatnya bermasalah adalah cara kita memberikannya. Schunk dkk. (2014) menjelaskan bahwa hadiah bisa menjadi pendukung motivasi jika digunakan untuk memberi informasi positif, bukan untuk mengontrol perilaku.

  • Jadikan hadiah sebagai informasi, bukan kontrol. Pujian seperti "Aku bangga dengan usaha kamu mengerjakan PR ini" memberi sinyal bahwa usaha anak dihargai dan mendorong mereka untuk terus mencoba. Sebaliknya, ancaman terselubung seperti "Kalau nilaimu di bawah 90, nggak dapat uang jajan" membuat anak merasa tertekan dan kehilangan kendali atas proses belajarnya.
  • Gunakan hadiah untuk menandai kemajuan. Setiap kali anak menguasai satu bab pelajaran, berikan badge, stiker, atau pengakuan di depan kelas. Hadiah kecil seperti ini membuat anak merasa dihargai tanpa menciptakan ketergantungan pada hadiah besar.
  • Fokus membangun minat jangka panjang. Hadiah bisa menjadi "pintu masuk" untuk membuat anak mau mencoba hal baru. Namun, seiring waktu, hadiah ini sebaiknya diganti dengan aktivitas yang memicu rasa penasaran, seperti proyek kreatif, eksperimen, atau tantangan yang mereka pilih sendiri.
  • Libatkan anak dalam menentukan tujuan. Ketika anak ikut merumuskan target belajarnya, rasa memiliki dan tanggung jawab mereka meningkat.
  • Gunakan hadiah sebagai "starter" lalu kurangi bertahap. Di awal, hadiah memang bisa membantu memicu semangat. Namun, secara perlahan, hadiah perlu dikurangi agar anak terbiasa termotivasi dari dalam, bukan hanya karena imbalan.

Pelajarannya jelas: hadiah bukan sekadar soal apa yang diberikan, tetapi bagaimana cara memberikannya. Strategi yang tepat bisa membuat hadiah menjadi pemicu semangat, sementara strategi yang keliru justru mematikan motivasi dari dalam. Dengan cara ini, hadiah tidak lagi menjadi "tongkat dan wortel" yang memaksa anak bergerak, tetapi menjadi jembatan menuju motivasi sejati yang bertahan lama. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun