Mohon tunggu...
Faren Reinhard Mandagi
Faren Reinhard Mandagi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Student

Enjoy

Selanjutnya

Tutup

Film

Review Film "The Social Dilemma"

30 November 2021   20:34 Diperbarui: 30 November 2021   21:12 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Film The Social Dilemma menampilkan bagaimana media sosial yang sehari-hari kita gunakan bisa mempengaruhi perilaku, keputusan, konsentrasi, pilihan politik,  dan pengaruh lainnya. Film tersebut berbentuk dokumenter di mana narasumber-narasumber yang ada di dalamnya merupakan ahli atau bahkan orang-orang yang pernah bekerja di komponen, seperti Google, YouTube, Facebook, Pinterest, dan lain sebagainya. Film tersebut menyampaikan dengan persepsi mereka tentang bagaimana media sosial bisa mempengaruhi kehidupan zaman sekarang yang mana mereka sendiri sebenarnya berperan akan hal itu.

Di awal film tersebut menyampaikan bahwa media sosial itu indah, media sosial  bisa mempertemukan orang yang sudah lama tidak bertemu, media sosial bisa mempertemukan orang yang berada di negara, yang berbeda tidak ada batasan untuk berkomunikasi dengan orang lain yang berada di negara lain.

Mungkin semua dari kita baik yang awam maupun kita yang belajar di bidang teknologi kita mengerti apa tujuan atau alur dari sistem rekomendasi ini, di mana sistem ini merupakan AI yang ditanamkan ke dalam sebuah aplikasi untuk memberikan rekomendasi kepada kita berdasarkan feedback yang kita berikan kepada aplikasi itu. Dengan tujuan untuk memudahkan kita sebagai user yang menggunakan aplikasi tersebut dengan kata lain atau sederhananya kita diarahkan.

Semua algoritma diciptakan baik. Pada awalnya termasuk algoritma sistem rekomendasi ini yaitu untuk memudahkan user dalam mengambil keputusan. Tapi sayangnya algoritma ini seperti pedang bermata dua. Di satu sisi memiliki dampak positif dengan jika digunakan dengan tidak bijak akan berdampak negatif.

Contoh dari penerapan algoritma ini bisa kita lihat di YouTube. Mungkin sebagian besar dari kita tidak sadar ada jika sistem ini ada di YouTube. Jika kita perhatikan setiap kali menonton video, misalnya Kalian menonton video dari channel gadget untuk mereview sebuah monitor-monitor LG misalnya, kemudian setelah videonya selesai atau bahkan di samping kanan layar kita akan ada video-video dari channel lain yang membahas tentang monitor juga atau bahkan ditampilkan juga video-video lain dari channel yang sama yang sedang kita tonton.

Ini merupakan contoh penerapan sistem rekomendasi yang aman. Contoh lain, pernah gak sih kalian eksplor barang, kacamata misalnya. Kalian eksplor kecamatan di salah satu Mall atau di sebuah Market Place yang kalian gunakan. Setelah kalian cari kacamata tersebut, lalu kalian buka Instagram kemudian kalian akses Instagram Story. Biasanya di situ ada iklan, pasti akan ada tampilan data atau iklan kacamata dari Market Place yang sudah sebelumnya kalian akses terutama jika kalian menggunakan email yang sama untuk login ke Instagram dan login ke situs yang kalian gunakan. 

Bagaimana itu terjadi? Itulah yang dilakukan oleh sistem rekomendasi yang ada di aplikasi-aplikasi yang kita gunakan sehari-hari, pencarian yang kita lakukan di sebuah aplikasi akan direkam dan akan digunakan pada aplikasi lain. Begitulah sistem rekomendasi berjalan. Tujuannya untuk terus mengarahkan kita agar kita membeli produk tersebut. Kita dengan mudah menggunakan sebuah aplikasi tanpa adanya biaya, bagaimana perusahaan tersebut bisa untung jika tidak dari iklan misalnya.

Sampai di sini kita masih merasa jika kita penggunanya atau sudah bisa berpikir jika kitalah produknya. Selama atensi kita hanya digunakan untuk mengarahkan kita membeli sebuah produk secara pribadi, saya tidak terlalu mempermasalahkan, tapi bagaimana jika atensi kita di gunakan untuk sebuah tujuan politik kitalah produknya?

Ada sebuah perusahaan bernama Cambridge Analytical. Perusahaan ini bergerak di bidang riset dan komunikasi strategis. Mereka menggunakan data-data pribadi dari pengguna Facebook sebagai bagian dari strategi untuk membuat kampanye besar-besaran dan yang dipilih secara individu. Atensi kita semua diarahkan pada satu tujuan tertentu. Sampai pemilik Facebook Mark Zukerberg sendiri dimintai keterangan di depan dewan senat Amerika Serikat terkait hal ini dan keterkaitan Facebook di dalamnya. Cambridge Analytical melakukan cara yang hampir sama dengan yang dilakukan sistem rekomendasi yaitu mengambil data pengguna dan kemudian mengarahkan secara perlahan pada satu bidang tertentu. Tentu yang dilakukan perusahaan ini ilegal karena yang diambilnya adalah data pribadi.

Ini sangat berbahaya dan sangat memungkinkan untuk terjadi. Salah satu dampak dari semua dari pengarahan ini adalah terjadinya atau terbentuknya polarisasi. Bagaimana caranya agar tidak ikut ter-polarisasi? Yang pertama, tujuannya adalah supaya kita mengetahui segala macam perspektif dari semua pihak. Yang kedua, jika kalian tidak mau mendengarkan semua perspektif karena kalian khawatir akan mempengaruhi kalian, kalian bisa membatasinya dengan menggunakan kode yang sebenarnya sudah lama disediakan oleh Google itu sendiri yaitu mode incognito. Dengan mengaktifkan mode ini setidaknya Semua history semua keyboard yang kalian masukkan ke dalam mesin pencarian itu tidak akan terekam.

Tanpa bermaksud membatasi kalian menggunakan media sosial, berhati-hati dan bijaklah dalam menggunakan media sosial, data yang kita miliki sangat mudah dan sangat rentan untuk diumbar. Dengan semua data yang ada di media sosial kita sangat mungkin untuk dimanfaatkan oleh pihak atau oknum yang tidak bertanggungjawab. Jadi bijaklah dalam bermedia sosial.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun