Mohon tunggu...
Faqrullah Ajengnurjannah
Faqrullah Ajengnurjannah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pembelajaran Jarak Jauh Sebagai Peluang Pengembangan HOTS di Indonesia

25 Juli 2021   13:22 Diperbarui: 25 Juli 2021   13:41 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh Dwi Retno Rahayu

Dewasa ini teknologi dan informasi kian berkembang pesat. Kebutuhan akan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas menjadi aspek penting di berbagai belahan dunia. Indonesia menjadi salah satunya, mengingat Indonesia kaya akan Sumber Daya Alam (SDA). Hal tersebut tentu menjadi tantangan tersendiri bagi generasi penerus bangsa Indonesia agar mampu berkompetisi dalam berbagai hal. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas SDM ialah melalui sektor pendidikan. Transformasi didalamnya diharapkan mampu menyiapkan generasi penerus yang unggul dan peka pada perubahan pesat yang terjadi di era digital kini.

Transformasi pendidikan seperti apakah yang diharapkan?

Dengan berkembangnya teknologi dan informasi, tuntutan dalam kehidupan kian bertambah. Pendidikan tidak lagi dibutuhkan sekedar untuk mendapatkan pekerjaan atau syarat memasuki jenjang yang lebih tinggi. 

Pendidikan menjadi solusi untuk bertahan hidup di masa kini. Oleh karena itu proses pembelajaran sebaiknya tidak lagi terpaku pada menghafal rumus atau teori namun diarahkan pada pemahaman atas konsep ilmu. 

Bagaimana teori atau rumus tersebut ditemukan, sehingga memicu pemikiran kritis dari peserta didik. Keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS) adalah jawaban untuk transformasi pendidikan yang berguna untuk menyiapkan generasi penerus.

Apa itu HOTS?

HOTS merupakan keterampilan berpikir secara kritis, logis dan berdaya cipta, serta mampu membuat argumen dan mengambil keputusan dalam suatu kondisi tertentu. HOTS berasal dari konsep taksonomi bloom yang dikenalkan oleh Benjamin S Bloom dkk, melalui buku Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational Goals (1956). 

Konsep tersebut merupakan pengklasifikasian terhadap tujuan akhir dari proses pembelajaran yang dibagi pada tiga ranah, yaitu Kognitif (pengetahuan), afektif (sikap dan perasaan) serta psikomotorik (keterampilan). Pengklasifikasian konsep taksonomi bloom sendiri meliputi pengetahuan; pemahaman; penerapan; analisis; sintesis dan evaluasi. 

Pada tahun 2001 taksonomi bloom direvisi oleh Lorin Anderson dkk. sehingga meliputi mengingat; memahami fakta; menerapkan fakta; analisis informasi; menilai informasi juga ide dan membuat hal baru. 

Melalui taksonomi Lorin inilah istilah HOTS mulai dikenal. HOTS sendiri berfokus pada ranah kognitif dan bertujuan untuk perolehan dan penerapan pengetahuan baru oleh peserta didik. Perolehan pengetahuan tersebut didapat melalui analisis informasi, menilai informasi serta ide dan menggabungkan informasi untuk membuat hal baru.

Pembelajaran berbasis HOTS merupakan hasil adaptasi dari taksonomi bloom yang diarahkan untuk membentuk generasi penerus. Nantinya generasi penerus mampu bertindak secara terarah dan berfikir rasional, sehingga dapat menghadapi ataupun beradaptasi dengan lingkungannya secara efektif. Melalui HOTS peserta didik tidak hanya diharapkan mampu berpikir kritis, namun juga kreatif; inovatif dan produktif. 

Peserta didik juga diharapkan memiliki keterampilan kolaboratif; komunikatif juga kepercayaan diri, sehingga potensi peserta didik dapat berkembang maksimal. Peran pendidik menjadi sangat penting, mengingat dalam penerapan proses pembelajaran berbasis HOTS tidak dapat dikatakan sepele dan mudah. 

Pendidik harus menguasai materi secara keseluruhan dan tentu perlu untuk terus menerus belajar dengan mengikuti perkembangan zaman. Eksplorasi terhadap materi, pendekatan, prinsip dan desain pembelajaran sangat diperlukan, guna menciptakan lingkungan belajar yang inovatif bagi peserta didik.

Lantas bagaimana dengan pembelajaran jarak jauh?

Pembelajaran jarak jauh menjadi peluang besar bagi peningkatan kualitas SDM Indonesia, terutama generasi muda. Mengingat generasi muda terikat erat dengan kemajuan teknologi dan informasi. Melalui pembelajaran jarak jauh, interaksi antara pendidik dan peserta didik tidaklah intens seperti pembelajaran tatap muka, sehingga rasa ketergantungan antara satu sama lain tidak sebesar pelaku pembelajaran tatap muka. 

Meski begitu kemandirian peserta didik pada proses pembelajaran jarak jauh umumnya lebih tinggi, sehingga kemungkinan untuk meningkatkan HOTS menjadi lebih besar. Hal tersebut dikarenakan ketika peserta didik merasa kurang memahami materi yang disampaikan oleh pendidik, akan muncul upaya untuk mencari jalan keluar akan permasalahannya tersebut.

Tugas pendidik bukan lagi pada memenuhi 4M (Melihat, Mendengar, Membaca dan Melakukan) bagi peserta didik, namun 6M dengan memberikan umpan kepada peserta didik pembelajaran jarak jauh untuk turut merenungkan dan menghasilkan. Melalui pemberian umpan 6M inilah diharapkan peningkatan HOTS peserta didik jarak jauh kian timbul, sehingga capaian pembelajaran dapat dikembangkan sebagai kemampuan lain yang berkaitan dengan keterampilan hidup atau life skills.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun