Mohon tunggu...
Fandy Arrifqi
Fandy Arrifqi Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Sedang berusaha menjadi manusia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Revolusi Pendidikan

29 Juli 2018   14:50 Diperbarui: 29 Juli 2018   15:25 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa pola pendidikan kita mengasingkan murid-muridnya dari kodratnya sebagai manusia. Kebebasan dan kreativitas kita telah dikekang oleh sistem ini. Kita, sebagai murid-murid yang terasing, haruslah melakukan sebuah perubahan demi hak kita dan masa depan bangsa yang lebih baik. Lantas, seperti apa perubahan yang harus kita lakukan ? Harus kita ubah menjadi seperti apa sistem pendidikan ini ?

            Seperti yang kita tahu, bahwa pendidikan ialah usaha untuk memanusiakan manusia, menerangi gelapnya kebodohan dll. Agar tercapai pendidikan yang memanusiakan manusia itu, pola pendidikan kita harus diubah dengan cara :

  • Mengakui keberagaman. Keberagaman yang dimaksud disini ialah keberagaman minat dan bakat. Dengan mengakui keberagaman itu, kita bebas memilih untuk belajar hal-hal yang kita senangi sehingga kita dapat fokus memperdalam satu bidang.
  • Mengubah mindset. Mengubah dari menganggap murid hanya sebagai "cangkir kosong yang harus diisi" menjadi "manusia yang penuh dengan bakat yang harus dikembangkan."
  • Mengurangi jam belajar di sekolah. Dengan jam belajar di sekolah yang dikurangi, murid akan memiliki banyak waktu untuk melakukan interaksi sosial di masyarakat. Dengan begitu, murid dapat mempelajari perannya di masyarakat dan dapat mengurangi angka penyimpangan sosial.
  • Harus menekankan pada praktek di kehidupan. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang dapat diterapkan dalam kehidupan. Jangan sampai pendidikan hanya "mengajarkan" murid untuk memindahkan materi dari buku ke kertas ujian.
  • Harus berorientasi pada proses. Pendidikan bukanlah tentang nilai akhir yang akan didapat, tetapi tentang proses pembelajaran untuk menjadi manusia yang lebih baik.
  • Harus mengasah pikiran kritis. Pikiran kritis ini sangat penting untuk menghasilkan inovasi. Tanpa adanya pikiran kritis, bangsa ini akan selalu terbelakang.

 

Itulah pendidikan yang ideal menurut penulis (jika ada pendapat lain, silahkan tambahkan). Tapi, perubahan-perubahan itu tidaklah datang dengan sendirinya. Perubahan-perubahan itu haruslah kita ciptakan sendiri. Ingatlah sabda Tuhan yang mengatakan bahwa Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum kaum itu sendiri yang mengubahnya. Perubahan akan selalu diawali dengan adanya perlawanan, perlawanan terhadap sistem yang kolot. Maka dari itu, untuk melakukan perubahan-perubahan dalam sistem pendidikan, kita haruslah melawan sistem pendidikan yang telah mengasingkan kita ini.

Perlawanan seperti apa yang bisa kita lakukan ? Banyak. Salah satunya dan yang sering kita lakukan adalah dengan membolos dan tidak mengerjakan tugas.

Mengapa dua perbuatan "menyimpang" tersebut dapat dikatakan sebagai perlawanan ? Karena ketika kita membolos maupun tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, kita sadar akan kodrat manusia, yaitu bebas.

Kita menyadari bahwa seharusnya kita diberi kebebasan untuk memilih pelajaran yang akan kita pelajari dan menolak mempelajari pelajaran yang tidak kita minati.

Penolakan terhadap pelajaran yang tidak kita minati inilah yang kita ekspresikan dengan cara membolos dan tidak mengerjakan tugas. Diluar kedua itu, masih banyak lagi bentuk perlawanan yang dapat kita lakukan seperti menyampaikan aspirasi kita kepada guru, melakukan demonstrasi, dll.

Dan ingatlah bahwa tujuan perlawanan kita adalah untuk menumbangkan sistem pengasingan ini, maka target kita adalah sistemnya, bukan guru. Walaupun guru merupakan kepanjangan tangan dari sistem pendidikan, tapi nyatanya mereka hanya menjadi budak yang menjual hidupnya pada kurikulum. Guru-guru itu juga terasing.

Mereka menghabiskan waktu mereka hanya untuk memenuhi target nilai yang telah ditetapkan oleh kurikulum demi sesuap nasi. Mereka terasing dari kodratnya sebagai guru, yaitu untuk mendidik. Merelakan waktunya demi "mengajarkan" ilmu yang belum tentu diminati oleh murid. Banyak ilmunya yang langsung dilupakan oleh murid selepas ujian dan menjadi tidak bermanfaat.

Jika murid diberi kebebasan untuk memilih pelajaran yang ia minati, maka jam mengajar guru akan berkurang dan ilmu-ilmu yang diberikannya akan bermanfaat, bukan hanya sekedar formalitas angka, sehingga tercapailah kodratnya sebagai guru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun