Kinipan, yang memberi nyawa perlahan harus kehilangan nyawanya.Â
"Pak Jokowi, ini adalah warga Kinipan yang berjaga, menjaga hutannya Pak Jokowi! Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan juga, perhatikan! Kami mati-matian menjaga hutan. Tetapi mengapa pemerintah mengeluarkan izin terus kepada hutan Kami. Oleh karena itu Pak Jokowi, tolong lah Kami mati-matian menjaga hutan demi anak cucu dan CO2. Pak Jokowi sendiri juga menghirup udara CO2 dari hutan ini. Kalau hutan ini habis, bukan Pak Jokowi tapi seluruh dunia juga akan mati saat ini!" ucap salah satu dari warga adat di Desa Kinipan dengan lantang dan menggetarkan daun-daun yang sedu, membangunkan burung-burung yang mengurung diri di dalam sarangnya. Seolah-olah seluruh penghuni hutan ingin mengeluh kesahkan juga.Â
"Dan Kami sudah mati saat ini, mati kehilangan pekerjaan, Kami tidak bisa lagi berladang, berburu, tidak bisa lagi kita mengambil ikan di sungai. Lihat Pak, air kita keruh!" bubuhnya masih gemetaran.
Andai, di setiap daerah kita memiliki sosok Basuki Santoso. Yang dengan suka hati melestarikan alam dan sekitarnya untuk kebaikan makhluk hidup untuk tetap hidup tanpa payah. Dia berjuang bersama sampan kecil yang sesak dengan semboyan Forrester 'Bukan Anjing Perusahaan'. Dengan tegaknya bendera merah putih yang mana kain nya ikut kumal, dan tersayat-sayat bagai hatinya yang kerap kali mendapati Bekantan yang mati sia-sia. Dan tanah tumpah darahnya yang harus rata dengan alat berat juga bibit pohon yang siap ditanam. Lalu masyarakat adat Desa Kinipan harus tabah saat para yang berkuasa dan yang menjunjung tinggi senjatanya itu memfitnah orang-orang yang merebut tanah air nya. setiap banjir datang melanda, dan menenggelamkan rumah dan harta benda mereka.Â
"Sesungguhnya kami tidak anti kelapa sawit, kami tidak melawan hukum kelapa sawit. Yang kami lawan adalah deforestasi hutan. Kamu melawan ekspansi yang dilakukan oleh kelapa sawit!" tegas Basuki Santoso.
Pada menit ke 13 lewat 48 detik, ketika harus melihat dengan mata kepala sendiri, seekor Raja Hutan, Harimau Sumatera yang berusia dua tahun, yang gagah perkasa lalu kehilangan kharismatik nya di dalam kantong plastik besar karena hanya tersisa kulit dan bulunya akibat serakahnya perburuan liar yang tiada punya hati nurani.Â
Bahwa ketika hutan hilang, dan Harimau memangsa ternak warga. Dia berisiko terpapar penyakit dan berujung kematian! Mari kita jaga kelestarian hutan dan habitatnya agar tetap waras, karena lingkungan yang sehat akan memberikan oksigen yang baik pula.Â
Kawan-kawan bisa menyaksikan film dokumenter tentang eksploitasi terhadap alam secara lebih detil dan berwarna bisa saksikan di akun YouTube Channel: Watchdoc Documentary yang nyata mandiri karena tergerak oleh panggilan dari hati.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI