Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Penulis Multitalenta, Pengamat Sosial, Pemerhati AI, Pelaku Pasar Modal

Penulis multidisipliner yang aktif menulis di ranah fiksi dan nonfiksi. Fokus tulisan meliputi pendidikan, politik, hukum, artificial intelligence, sastra, pengetahuan populer, dan kuliner. Menulis sebagai kemerdekaan berpikir, medium refleksi, ekspresi ilmiah, dan kontribusi budaya.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Rencana Trump Masuk Nobel Perdamaian 2025: Politik Klaim Perdamaian, Hegemoni Narasi, dan Kelayakan Hadiah

8 Oktober 2025   10:43 Diperbarui: 8 Oktober 2025   10:43 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Donald Trump dan nobel perdamaian (Sumber gambaar: Grok)

*Siapa yang boleh menominasikan? 

Kepala negara, anggota parlemen, profesor universitas, mantan penerima Nobel, dan sekelompok pejabat berhak menominasikan. 

Daftar nominasi resmi tidak dipublikasikan hingga 50 tahun kemudian. Komite menilai "sumbangan terhadap persahabatan antarbangsa, pengurangan angkatan bersenjata, atau promosi kongres perdamaian".  

*Kriteria implisit Komite

Sejarah kontribusi berkelanjutan terhadap perdamaian, multilateralitas, perlindungan HAM & hukum internasional. 

Hadiah cenderung memilih aktor/organisasi dengan rekam jejak jangka panjang, bukan kampanye publik singkat. (Analogi: penghargaan kontroversial seperti Obama 2009 menunjukkan Komite kadang memberi penghargaan simbolis, namun mereka juga mengutamakan koherensi nilai.)  

Analisis klaim Trump vs kriteria Nobel

1. Kelebihan klaim (argument pro-Trump)

Jika proposal benar-benar mengakhiri perang & mengembalikan sandera, dampak humaniter besar sesuai tujuan Nobel (mengurangi penderitaan sipil). 

Rencana mengandung unsur pengembalian sandera cepat dan rehabilitasi Gaza yang, jika terimplementasi, akan menjadi prestasi konkret.  

2. Kelemahan & keraguan serius

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun