Ketika foto jasad bayi tak mengguncang parlemen, dan jerit ibu tak menembus ruang PBB, masihkah kita menyebut ini peradaban?
Di tengah hiruk-pikuk diplomasi dan perundingan senjata, satu fakta tak terbantahkan terus menganga: lebih dari 16.500 anak-anak Palestina tewas dalam 19 bulan konflik---sebagian besar dalam tidur, di pelukan ibu, atau saat mencari roti.Â
Dunia menyaksikan, dunia tahu, namun dunia diam. Pertanyaannya bukan lagi di mana keadilan, tapi apakah kita masih memiliki nurani?
Mengapa Leadership Israel Gagal Belajar dari Holocaust?
a. Pendidikan & ingatan yang memudar
*Israel memiliki program seperti Witnesses in Uniform yang mengirim pasukan ke kamp Holocaust, tetapi studi menunjukkan empati lebih menguat dalam konteks pribadi, bukan struktural nasional.
*Ada kekhawatiran generasi muda kehilangan hubungan emosional karena top-down, bukan melalui dialog yang mendalam.
b. Narasi nasionalistis dominan:
*Kurikulum mengeliminasi perspektif Palestina, membentuk ingatan yang mementingkan ancaman eksternal dan hak tanah air tanpa ruang empati bagi "yang lain".
*Riset menunjukkan 76% masyarakat mendukung tindakan militer terhadap Gaza--- menandakan pergeseran empati menjadi selektif dan kolektif protektif.
Perbandingan Data: Holocaust vs. Genosida Modern di Gaza