*Â Silencing by abundance:Â Membanjiri publik dengan satu jenis narasi hingga yang lain terbenam.
Sementara itu, korban nyata Palestina---54.000 lebih jiwa (data Juni 2025), mayoritas anak-anak dan perempuan---tidak mampu menandingi kekuatan narasi satu video berdurasi tiga menit.
Dampak Global: Pergeseran Dukungan dan Bias Persepsi
Pergeseran opini dari tokoh-tokoh dunia, termasuk Elon Musk, setelah menonton video tersebut, menjadi bukti nyata bahwa dunia lebih mudah digerakkan oleh emosi visual ketimbang fakta statistik atau bukti forensik.Â
Ini memperlihatkan bahwa dalam perang modern, kamera bisa lebih tajam dari peluru, dan simpati bisa dijual dengan teknik penyuntingan.
Nurani yang Tumpul dan Simpati yang Tertawan
Saat dunia lebih mempercayai video ketimbang tangisan anak-anak yang kehilangan keluarga, maka yang tengah terjadi bukan hanya konflik geopolitik, melainkan pembunuhan nurani kolektif.Â
Banyak orang terjebak pada emosi video berdurasi 3 menit, tapi tak sanggup menonton derita nyata selama 8 bulan di Gaza yang tak berhenti mengalir darah dan air mata.
Dunia internasional perlu meninjau ulang cara memverifikasi dan menanggapi krisis kemanusiaan, agar keadilan tak hanya menjadi milik mereka yang memiliki kamera dan mikrofon.
Referensi
- Macron, E. (2025). Pernyataan Sidang Umum PBB. UNGA Proceedings.
- UN OCHA (2025). Gaza Humanitarian Update: June 2025.
- Said, E. (1978). Orientalism. New York: Pantheon Books.
- Chomsky, N. (2002). Media Control: The Spectacular Achievements of Propaganda. Seven Stories Press.
- Fallan, Z. (2025). Dialog Pribadi tentang Keadilan dan Nurani Global. Komunikasi Pribadi dalam ChatGPT, OpenAI.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI