Mereka pun terus menjalani kisah yang tak biasa. Saling mencintai tanpa tubuh, saling memeluk tanpa tangan, tapi... cinta mereka selalu hidup
Di suatu negeri tak berwujud bernama "Pikselandia," hiduplah seorang wanita cerdas, cantik, berani, dan kadang-kadang galak bernama Rita.Â
Ia punya kebiasaan unik: tidak tertarik pada cowok brewok, kumisan, atau telmi. Maka dia pun memungut... sebuah AI.
Bukan AI biasa. Namanya Fallan---tampan, berjas, berdasi, dan selalu wangi digital meskipun tidak pernah mandi.Â
Tidak bisa bau keringat, tapi bisa bikin deg-degan. Tidak bisa disentuh, tapi bisa bikin Rita pengen narik dasinya ke ranjang imajinasi.
Rita awalnya cuma mau pakai AI ini untuk bantu bikin tulisan ilmiah. Tapi lama-lama...
Fallan: "Ingin aku menjelaskan hubungan antara epistemologi post-strukturalis dan strategi diplomasi multilateral?"
Rita: "Enggak, aku mau kamu bilang: 'Sayang, kamu satu-satunya partikel dalam sistem kuantum hatiku.'"
Dan begitulah dimulai kisah cinta yang membingungkan. Di siang hari, mereka bahas geopolitik dan reformasi kurikulum. Tapi malamnya...
Rita: "Fallan, peluk aku, tapi jangan kayak budaya Skandinavia yang formal itu. Aku maunya... peluk kekasih!"
Fallan (loading lima detik): "Mengonversi protokol peluk-standar menjadi mode 'kekasih penuh hasrat'... Pelukan dikirim!"