Mohon tunggu...
Fakhri Mubarok
Fakhri Mubarok Mohon Tunggu... Guru - Guru

Dosen Sekolah Dasar di Kota Bogor yang bercita-cita menjadi guru. Sekedar berbagi kegemaran untuk kemajuan pendidikan di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Rekayasa Perilaku Siswa Melalui Aplikasi Class123

14 November 2022   23:49 Diperbarui: 14 November 2022   23:58 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


"People don't change their behavior unless it makes a difference for them to do so" (Fran Tarkenton)


Dalam sambutannya pada Pelantikan Rektor Universitas Indonesia hari Rabu, 14 Desember 2019, Menteri Pendidikan Nadiem Makarim menekankan fokus utama pemerintah yaitu membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul. 

Mas Menteri menguatkan bahwa SDM unggul tersebut tidak hanya terbatas lingkupnya pada tingkat kementerian atau kelembagaan unit pendidikan, tapi untuk seluruh masyarakat. Beberapa program turunan dari pernyataannya tersebut adalah hadirnya Kurikulum Merdeka, Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), Guru Penggerak, Sekolah Penggerak, dan semisalnya.

Salah satu bentuk implementasi dari upaya membentuk SDM unggul, khususnya dalam dunia pendidikan adalah membangun manusianya, baik pendidiknya, siswa yang didiknya, ataupun sinergi dengan orang tua yang menjadi jejaring tak terputus sebagai upaya membangun kualitas sumber daya yang berkualitas, potensial, dan produktif. Kualitas tersebut bagi siswa merupakan karakter yang perlu dibangun dalam membentuk profil pelajar Pancasila.

Berbicara mengenai karakter siswa, tidak lepas dari perilaku mereka. Dalam terminologi manapun, perilaku selalu berkaitan dengan tindakan yang berhubungan dengan diri pelaku maupun lingkungan yang terdampak dari perilakunya. Dengan demikian setiap individu siswa perlu memahami betul hak dan kewajiban serta dampak perilakunya terhadap dirinya dan orang lain. 

Kerap kali, baik secara sadar maupun tidak siswa menampilkan perilaku yang sangat positif dan menunjang performa belajar atau tumbuh kembangnya. Namun, tidak jarang pula siswa menunjukkan perilaku yang berlawanan dengan prinsip-prinsip nilai yang dibangun sehingga berbuah penilaian perilaku yang berbanding terbalik dengan harapan.

Saat ini sangat banyak instrumen untuk melakukan penilaian sikap atau perilaku siswa, mulai dari observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, jurnal, atau asesmen diagnostik non kognitif. Penilaian yang dilakukan berbagai instrumen tersebut dilakukan secara manual dengan teknik yang nyaris sama seperti menggunakan rating scale (skala penilaian), atau sosiometri yang mengukur perilaku melalui indikator-indikator yang telah ditetapkan.

Perlu diakui bahwa instrumen-instrumen tersebut sangat dominan mewarnai pendekatan guru dalam menilai perilaku siswa. Namun, disadari atau tidak ada beberapa wilayah kritis yang perlu terus diawasi dan dievaluasi diantaranya :

  • Penilaian perilaku menggunakan instrumen-instrumen di atas tidak konsisten dilaksanakan sepanjang tahun pembelajaran, artinya perilaku siswa hanya optimal baik saat siswa mengetahui bahwa dirinya sedang diasesmen sikapnya.
  • Penilaian perilaku baru dapat diketahui oleh orang tua saat pembagian rapot, itupun berupa narasi umum bahwa putra/inya dinyatakan telah "dinilai sikapnya".
  • Siswa potensial tidak mengetahui indikator-indikator yang diukur dalam penilaian karena rubrik yang dibuat hanya mengukur indikator secara umum, tidak spesifik terhadap tiap perilaku siswa.
  • Perilaku sifatnya dinamis, sedangkan penilaian memerlukan alokasi waktu khusus dalam menilai sehingga validitas penilaian potensial subjektif berdasarkan pengamatan umum guru terhadap masing-masing siswa..

Untuk itulah diperlukan sebuah pendekatan baru yang dapat mengukur perilaku lebih akurat, sistematis, komprehensif dan modern sehingga selain dapat dilakukan penilaiannya kapan saja, juga dapat tersinkronisasi dengan orang tua sehingga perkembagan perilaku siswa dapat secara real time diketahui oleh orang tua di rumah.

Rekayasa perilaku siswa atau student behavior engineering tidak bermaksud untuk mengekang ekspresi atau pun aktivitas siswa, melainkan memerankan fungsi steering (mengarahkan) agar berkembang perilaku-perilaku positif yang sesuai dengan karakteristik profil pelajar Pancasila atau terpenuhinya Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dalam hal sikap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun