Mohon tunggu...
Fakhri Bima Priyanto
Fakhri Bima Priyanto Mohon Tunggu... Universitas Negeri Jakarta

Mahasiswa Prodi Pendidikan Sosiologi 2024

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penyebab Gagalnya Penerapan Sistem Kurikulum Pendidikan dari Finlandia di Indonesia

14 Oktober 2025   20:05 Diperbarui: 14 Oktober 2025   19:39 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Finlandia telah lama dihargai secara global sebagai negara yang memiliki sistem pendidikan terunggul. Model pendidikan yang memberikan kebebasan untuk mengeksplorasi, mengurangi jumlah pekerjaan rumah (PR) dan ujian, serta memiliki jam sekolah yang tidak terlalu panjang, menarik minat banyak negara, termasuk Indonesia, untuk berusaha meniru keberhasilannya. Namun, usaha untuk mengimplementasikan atau menyesuaikan sistem pendidikan Finlandia di Indonesia sering kali mengalami kesulitan dan tidak menghasilkan hasil yang diinginkan. Mengapa fenomena ini dapat terjadi? Kegagalan tersebut tidak disebabkan oleh kualitas buruk dari kurikulum Finlandia, melainkan karena terdapat ketidakcocokan mendasar antara filosofi sistem pendidikan Finlandia dan realitas sosiokultural, ekonomi, serta infrastruktur yang ada di Indonesia.

Berikut adalah beberapa penyebab yang menjelaskan mengapa penerapan sistem kurikulum Finlandia sulit untuk berhasil di Indonesia.

1. Perbedaan Dasar antara Filosofi dan Tujuan Pendidikan

Di pusat kesuksesan Finlandia terdapat filosofi pendidikan yang menganggap sekolah sebagai wadah untuk mengembangkan potensi individu, membangun karakter, dan menumbuhkan kecintaan terhadap belajar. Tujuannya adalah untuk menghasilkan individu yang terus belajar sepanjang hidup mereka.

Finlandia: Utamakan proses, bukan hasil. Standarisasi nasional masih sangat rendah, sedangkan keyakinan terhadap guru sangat besar dalam menilai siswa. Guru Finlandia menilai anak dari karakter dan juga potensi yang dapat anak kembangkan untuk dirinya sendiri penilaian tidak bergantung pada hasil akhir namun dari proses pengembangan diri seorang anak yang ada disekolah
Indonesia: Sistem pendidikan masih sangat fokus pada hasil akhir, yang sering kali ditandai dengan nilai ujian (seperti Ujian Nasional sebelumnya dan saat ini Asesmen Kompetensi Minimal). Sistem ini membentuk budaya "mengutamakan nilai" dan "mengingat" daripada memahami konsep. Menerapkan sistem yang berfokus pada proses seperti di Finlandia ke dalam sistem yang berfokus pada hasil seperti di Indonesia ibarat mencoba menuangkan air ke dalam wadah berbentuk kotak akan selalu ada bagian yang tidak terisi.

2. Perbedaan Kualifikasi dan Kesejahteraan Pengajar

Finlandia menjadikan profesi guru sebagai salah satu bidang yang sangat dihormati. Hanya mereka yang lulus dengan prestasi tinggi dari universitas yang dapat menjadi pengajar, dengan gelar master sebagai syarat paling rendah. Karier ini memiliki nilai yang tinggi baik dari segi finansial maupun sosial.

Finlandia: Para guru memiliki hak penuh untuk menyusun kurikulum dan metode pengajaran mereka sendiri di dalam kelas. Mereka adalah "tenaga ahli yang dapat diandalkan". Kualifikasi guru pada negara Finlandia juga hal yang diperhatikan untuk sektor pendidikan dimana setiap guru harus mempunyai integritas dan jenjang karir yang memadai, pengalaman dan juga dedikasi dan  konsistensi terhadap pekerjaan menjadi faktor kualifikasi yang dibutuhkan untuk calon pengajar.


Indonesia: Meskipun terdapat banyak guru yang kompeten dan berdedikasi, secara keseluruhan, kualifikasi dan proses rekrutmen guru masih bervariasi. Tanggung jawab administratif yang besar (seperti membuat RPP yang kompleks) sering kali mengurangi waktu guru untuk berkonsentrasi pada pengembangan metode pengajaran yang baru. Selain itu, isu kesejahteraan guru, khususnya bagi guru honorer, masih merupakan masalah yang serius. Sangat tidak mungkin meminta guru yang masih menghadapi masalah ekonomi untuk memiliki energi dan kesempatan yang sama seperti guru di Finlandia dalam menemukan metode pembelajaran yang kreatif dan variatif.

3. Ketidaksetaraan dalam Infrastruktur dan Akses Terhadap Pendidikan yang Merata

Finlandia merupakan negara kecil yang memiliki populasi seragam dan infrastruktur yang tersebar merata di seluruh bagiannya. Setiap sekolah, baik yang berada di pusat kota maupun di daerah terpencil, harus memiliki fasilitas yang sebanding dan mencukupi. Infrastuktur merupakan faktor yang sangat penting yang menjadi prioritas penunjang sektor pendidikan yang harus diperhatikan untuk berjalannya proses belajar peserta didik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun