Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tentang Puisi Sosial WS Rendra

20 April 2019   18:50 Diperbarui: 21 April 2019   01:21 1542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Ambarawa inilah ayah Rendra merasa dadi wong (jadi orang) yang dalam pengertian orang Jawa untuk dadi wong maka seseorang itu harus mampu punya keris (punya mata pencaharian tetap), punya kuda (alat transportasi bisa mobil, motor atau sepeda), rumah, burung (sarana hiburan berupa radio, televisi), dan jodoh.  Maka nama Sugeng berubah menjadi Raden Cyprianus Sugeng Brotoatmojo dipanggil Brotoatmojo. 

Jika menelisik asal usul keluarga Rendra diatas maka diketahui 'darah' kesenimanan (satrawan) telah mengalir dari eyang buyut dari pihak ayah dan ibu. Dan juga Rendra memiliki keturunan darah ningrat atau biru. Sesuatu yang bertolak belakang dengan alam pikiran Rendra.

(Illustrated by jenarheningw.twitter.com)
(Illustrated by jenarheningw.twitter.com)
Pendidikan Model Montessori dan Froebel di Sekolah Belanda

Ketika sudah berusia sekolah Taman Kanak-Kanak maka Rendra oleh Ayah dan Ibunya rencana semula dimasukkan ke sekolah Belanda tapi ditentang oleh Eyang Sosrowinoto yang justru ingin menyekolahkan Rendra ke sekolah anak kaum ningrat yaitu Sekolah Kasatrian di Solo.

Terjadilah perundingan dan debat panjang tentang sekolah terbaik yang akan dimasuki oleh Rendra. Akhirnya Willy (nama panggilan Rendra ketika kecil) bersekolah TK Marsudirini milik Yayasan Kanisius, yang dikelola oleh suster Fransiskan dari Misi Katolik Belanda. Metode pendidikan Montessori dan Froebel dilakukan di sekolah ini.

Model pendidikan Montessori diambil dari ahli pendidikan Italia bernama Maria Montessori (1870-1952 Masehi) yang berfokus pada pembebasan kepribadian anak didik. 

Sedangkan model pendidikan Froebel, diambil dari ahli pendidikan Jerman bernama Friedrich Wilhelm August Froebel (1782-1852 Masehi) yang bertumpu pada pemerhatian unsur-unsur naluri dan bisikan hati (intuisi) dalam pendidikan. Kedua metode tokoh pendidikan ini di benci oleh kelas mapan masyarakat Eropa kala itu tapi dilaksanakan oleh kaum misionaris Belanda.

Model pendidikan yang ditempuh Rendra di sekolah Barat modern yang dilalui dari Taman Kanak-Kanak sampai Sekolah Menengah Atas di masa itu beri pengaruh kepada kepribadiannya yang berani mengungkapkan diri dengan bebas, jelas dan teratur serta mengerti akan demokrasi, hak asasi manusia.

Lebih lanjut ia menyatakan, "kami dilatih menguraikan (analisis) suatu persoalan yang muncul secara ilmiah, dengan keras dan tuntas serta kenyataan yang kebenarannya diterima secara sepakat oleh semua orang (objektif) dan betul-betul di beri ruang dalam pertimbangan pikiran." (Edi Haryono (ed), 2004: 428).

Drama "Kaki Palsu" pernah dipentaskan Rendra ketika SMP dan kala SMA menampilkan sebuah drama dengan berjudul "Orang-Orang di Tikungan Jalan" dan memperoleh juara 1 di Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Yogyakarta.

Setamat dari SMA, Rendra berkuliah di Jurusan Sastra Barat, Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Semasa kuliah inilah Rendra lebih intens bergelut dengan dunia puisi dan makin matangnya berpuisi serta memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan pemuisi semasanya. Beberapa puisinya di muat di majalah Siasat, Kisah, Seni, Basis, Konfrontasi, dan Siasat Baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun