Mohon tunggu...
Lailatul Fajriyah
Lailatul Fajriyah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Lailatul Fajriyah Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Interaksional Budaya dalam Tradisi Molang Areh di Sumenep

18 Januari 2021   17:15 Diperbarui: 18 Januari 2021   17:24 1554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Agama dan adat istiadat merupakan dua hal atau komponen yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Hal ini karena di dalam agama dan adat istiadat terdapat corak atau kesamaan yang dapat menghasilkan suatu budaya. Kebudayaan tersebut menjadikan suatu daerah lebih kaya akan ornamen dan kebudayaan lainnya yang akan saling berinteraksi antara masyarakat satu dan masyarakat yang lainnya. Dengan demikian akan terdapat keberagaman berjalan dengan alami antara agama dan adat istiadat. 

 Bentuk interaksi Islam dan adat istiadat di atas dapat kita jumpai pada masyarakat Sumenep, salah satu kegiatan di dalam masyarakat Sumenep adalah molang are dengan kata lain Molang areh adalah tradisi bagi anak yang baru lahir di masyarakat Madura. Tradisi ini nyaris sama mirip dengan aqiqah. Perbedaannya, bayi biasanya ditimang dengan menggunakan wadah. Bentuk wadahnya biasanya berbentuk kapal laut dengan hiasan lampu dan bunga-bunga. Pelaksanaan Malang Arèh untuk bayi perempuan biasanya sebelum berusia 40 hari. Sedangkan untuk bayi laki-laki setelah usia 40 hari. 

Nilai filosofis dalam tradisi ritual molang areh dalam kehidupan salah satunya adalah melestarikan tradisi leluhur dalam rangka memohon keselamatan. Hal ini tentunya memiliki nilai yang istimewa karena melestarikan tradisi yang baik merupakan kekayaan khazanah dalam kehidupan dan menjaga keseimbangan, keselarasan, kebahagiaan, dan keselamatan di dunia. Pandangan hidup orang Madura tidak bisa dilepas dengan simbol-simbol dan ajaran Islam, Hindu, dan Budha.  

Tradisi molang Areh ini di Madura hampir sama dengan tradisi aqiqah dan pelaksanaannya juga hampir sama dengan aqiqah Bedanya, bayi biasanya ditimang dengan menggunakan wadah. Bentuk wadahnya biasanya berbentuk kapal laut dengan hiasan lampu dan bunga-bunga. Setelah bayi diletakkan di dalam wadah yang berhias warna-warni maka selanjutnya si bayi akan ditimang dengan wadahnya untuk diperlihatkan pada seluruh undangan sambil dibacakan shalawat, 

ada orang yang memegang bayi dan wadahnya diikuti orang yang menyemprotkan parfum dan air kembang ke hadirin yang sudah melihat si bayi Air kembang itu fungsinya sebagai air yang dibacakan shalawat. Seperti Al-Qur’an yang dibacakan dalam segelas air. Dapat diminum dan diusapkan ke wajah sebagai obat dan penyegar wajah. 

Selain itu sebelum si bayi di perlihatkan kepada orang, di bawah sang bayi itu biasanya dikasih uang, kepercayaan orang Madura agar dapat menarik rejeki, dan orang yang mau memberi akan diletakkan di atas atau di samping si bayi nanti ketika diperlihatkan kepada para tamu undangan. Lebih jauh, peneliti juga menemukan bahwa tradisi molang areh bisa menjadi jembatan menyemai perdamaian masyarakat Madura secara khusus, dan secara umum berdampak terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang plural ini. Mengapa demikian? Sebab, molang areh memiliki kekuatan nilai kemanusiaan, kehidupan, dan ajaran agama.

Sebagian besar masyarakat berpendapat bahwa ritual molang areh dapat dilakukan dan tidak mengganggu nilai keimanan dalam Islam sebagai pengungkapan perwujudan rasa syukur, acara upacara ini juga bertujuan memohon keselamatan pada bayi dan ibu yang telah mengandung selama 9 bulan atau 10 bulan lamanya sehinnga bayi terlahir sehat dan sempurna.

Bahasa orang-orang desa adalah bahasa alam. Sehingga, dalam perjalanannya, miniatur kultur dan ritual keagamaan (baik sebagai sebuah kewajiban hamba kepada Tuhan atau kemanusiaan) yang dilaksanakan oleh orang-orang perdesaan berdasar faktor warisan leluhur. 

Pelaksanaan molang areh ini dilakukan bersama tokoh-tokoh agama desa Ragang seperti Kyai, dan masyarakat setempat yang sudah di undang oleh tuan rumah. Makanan yang di hidangkan di letakkan di depan para tamu undangan untuk di berkati oleh tokoh agama dengan membaca beberapa ayat Al-Quran, doa-doa yang berbahasa arab. Biasanya Selametan juga sering diisi dengan dzikir dan pembacaan kalimat syahadat. 

Kebudayaan molang areh yang memiliki energi kebudayaan dan agama menjadi sarana penting menyegarkan kesadaran masyarakat di negeri ini untuk menjaga perdamaian antar sesama. Madura dengan serangkaian dan sekian kebudayaannya tersebut sejak awal sudah menahbiskan dirinya sebagai bagian tak terpisahkan dari Nusantara. Apa yang lahir dari rahim Madura menjadi kekayaan yang bernilai penting bagi kelangsungan kehidupan sosial di Indonesia.

           Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun