Hujan di Pelupuk matamuÂ
Kini turun membanjir bagai air bahÂ
Mengularnaga deras mengalir basahi pipiÂ
Tanpa Isak tangis, tanpa rengekan hanya gemetar
Haripun akan berlalu tapi satu persatu kenangan terap terekam
Malam Siang silih berganti dan hal hal konyol tak terhapus seketikaÂ
Bersama luka kini kamu basuh pahitnya tiap baris elegi cintaÂ
Pada hari ke Sembilan belas di Bulan Juni  ini ditandai luka dan lelah hati
Tapi setelah senja doa doa dipanjatkan menghapus kutukan di sekam siang tadiÂ
Hari ini berat, entah ini ejekan? sebuah pembalasan bagimu atau cobaan?
Kemudian haripun akan berlalu, dan hidup masih tetap ada dan dipelihara.Â