Sambil menikmati kopi hangat, kami mulai makul ke dalam rimbah percakapan. Perihal studi akhir anaknya dan adik-adik yang dari kampung. Kemudian perihal kerja dan motivasi hidup. Saya tentu tidak banyak cerita, jika sudah begini saya lebih banyak mendegar. Sebab lawan bicara saya adalah orang yang lebih dulu hinggap di bumi, tentu pengalaman hidupnya lebih banyak untuk di jadikan pembelajaran.
Lama berselang kami bercerita, tiba-tiba datang sosok yang saya kagumi. Pak Ujud Rajilun, tokoh pendidikan dan budaya di desa kami. Dengan cepat saya salami beliau di ikuti teman saya dan juga pak Asud.
"Wah pembasan menarik ni rupahnya." Ujar pak Ujud.
"Tidak, pembahasanya biasa saja pak." Ujar Dakir dengan kepala sedikit menunduk.
"Biasanya sudah kumpul begini pasti pembahasanya menarik. Lebih-lebih para jendral semua ini." Ujar beliau dengan gelagak tawa.
Lalu mulailah perlahan satu persatu tema di kupas oleh beliau. Lagi-lagi saya lebih banyak diam untuk mendengarkan arahan kata-kata beliau.
"Tidak lama lagi kita masuk pada pemilihan kepala desa. Saya harap kita semua harus mensukseskan hajatan tersebut. Untuk mensukseskanya, kita hanya butuh kedewasaan diri. Jangan lagi menyebar hoax apalagi memfitnah, biarlah kita yang melihat lalu memilih untuk kebaikan dan kemajuan desa kedepan." Ujar pak Ujud.
Kami mengagukkan kepala mengiyakan. Sebab kedewasaan dalam politik itu penting agar tidak menimbulkan pertengkaran sebab ada yang lebih penting dari politik. Â Kata Abdurrahman Wahid, Yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan.
"Untuk kalian yang muda-muda" ujarnya melanjutkan, "kalian harus tanamkan di diri kalian bahwa tujuan hidup kita mengabdi untuk banyak orang. Maka berbuatlah jangan mengharap pamri. Persoalan rejeki sudah di atur Tuhan."
Kata-kata itu menyusup masuk di kepala saya. Perlahan saya teringat dengan kalimat Walter Hagen bahwa Kamu di sini hanya untuk persinggahan yang singkat. Jangan terburu, jangan khawatir. Yakinlah bahwa kamu menghirup wangi bunga sepanjang perjalanan.
"Tapi, sudah pak jika kita coba menggugat kebiasaan lama masyarakat. Nanti ada sja cerita atau siulan di belakang kita." Tanya Dakir.