Mohon tunggu...
Faisalbjr
Faisalbjr Mohon Tunggu... Dosen - hhmm

please wait...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

In Memoriam Katalog Kartu: Yang Tak Lekang di Balik yang Usang

26 April 2021   17:05 Diperbarui: 27 April 2021   10:43 962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi katalog. Dokumen pribadi

Kartu-kartu itu memerlukan kabinet, lama-lama menjadi banyak dan memerlukan ruangan tersendiri. Orang masuk dulu ke ruang katalog, nyatet-nyatet, baru pergi ke ruang buku. Wani ora, kamu ada di situ sampe malam dan yang lain sudah pada pulang? Hi hi.

Apa perlunya katalog dibuatkan sampai empat kartu, kok enggak satu saja. Itulah kecerdasan para ahli di bidang perpustakaan, sekolahnya aja tidak sembarangan. Mereka ngerti bahwa ada yang nyari buku berdasarkan nama pengarang, ada yang menelusuri judul, ada yang menurut topiknya. Semua difasilitasi.

Misalkan ada buku isinya kumpulan karangan sepuluh orang, atau film yang dihasilkan oleh sutradara, produser dan para aktor, dan lebih banyak lagi yang berkontribusi gimana?

Bukan itu saja sayangkuu...

Karya yang nggak nyebut siapa pembuatnya, tidak tahu terbit kapan dan di mana, tetap bisa dibuatkan katalognya. Pengatalogan ada peraturannya. Apa pun karya itu, pustakawan merujuk kepada pedoman yang mengatur apa saja yang harus dicantumkan dan apa yang tidak perlu ditampilkan.

Tapi jangan salah, urusannya pustakawan bukan buku dan katalog aja. Itu biasa. Penggunaan informasi, literasi, TI, medsos, post-truth society adalah bagian dari masalah yang mereka geluti saat ini.

Sekarang orang bermedsos ada istilah tagar atau hashtag. Tujuannya untuk melakukan grouping pembicaraan supaya discoverable atau lebih mudah dicari oleh pengguna. Yang seperti itu di kartu katalog sudah muncul.

Umpamanya nih, ada buku yang subjeknya: PERSAHABATAN, maka carilah di kumpulan kartu yang isinya daftar subjek. Kamu akan temukan sejumlah judul yang subyeknya sama meskipun bahasanya ada yang berbeda. Sulit membayangkannya? Mainlah di sini, sekrol sampai nemu kolom subjek lalu ikuti tautannya. Kamu akan di bawa ke sini. Iya kan, pada ngumpul di sana.

Yak, pinter kamu. Fungsi dari tagar atau saat nulis di Kompasiana kamu memberi label, adalah grouping supaya discoverable itu tadi. Pada katalog kartu metode itu sudah dilakukan, cuma karena kartu tidak banyak muatnya, jumlah subjek atau label pun tidak bisa banyak.

Pustakawan zaman dulu sudah memikirkan berbagai titik akses (access point) supaya orang punya pilihan, makanya kalau ada buku terjemahan, nama penerjemahnya dibuatkan juga sebagai entri. Untuk film tidak hanya sutradara, melainkan juga ada prouduser, penulis skenario dan pemain-pemainnya.

Di masa kini katalog terkomputerisasi mampu mewujudkan pencarian melalui lebih banyak titik akses dengan menyediakan tautan-tautan baik ke sumber internal maupun eksternal. Tidak ada batasan ruang seperti kartu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun