Mohon tunggu...
Fais Yonas Boa
Fais Yonas Boa Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Peneliti

Aksara, Kopi dan kepolosan Semesta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Soal Politik Identitas Partai Ummat

21 Februari 2023   19:33 Diperbarui: 21 Februari 2023   19:36 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumbr gmbar: https://pojoksatu.id/

Ketua Umum Partai Ummat, Ridho Rahmadi  secara tegas dan terang benderang menyampaikan: Partai Ummat secara khusus akan melawan dengan cara yang beradab dan elegan narasi latah yang kosong dan menyesatkan, yaitu (dengan) politik identitas. Kita akan secara lantang mengatakan, 'Ya, kami Partai Ummat, dan kami adalah politik identitas. 

Pernyataan terbuka dari Partai Ummat terkait politik identitas sebenarnya hal yang biasa saja dalam perpolitikan bangsa kita. Toh, politik identitas sering kali menjadi identitas politik praksis sebagian besar pelaku politik bangsa kita, baik partai politik maupun para kontestan dalam pemilu.

Apa itu Politik Identitas?

Politik identitas dapat dikatakan sebagai politik yang bergerak dan bertujuan pada kepentingan dan ideologi dari identitas tertentu misalkan identitas suku, agama, ras, adat gender dan lainnya. Dalam praktiknya, politik identitas dikategorikan sebagai cara berpolitik yang menggunakan sistem dagang identitas.

Politik identitas lazimnya sebagai bentuk perlawanan karena politik seperti ini umumnya lahir dari perasaan ataupun pengalaman tertindas dan terkucilkan. Pertanyaannya sekarang ialah apakah Partai Ummat sebagai wadah dari kelompok-kelompok yang tertindas dan terkucilkan dalam kehidupan sosial bangsa Indonesia? 

Saya pikir kita semua paham bahwa identitas agama-Islam bukanlah identitas yang tertindas dan terkucilkan di negara ini. Ini artinya, politik  identitas yang dibangun oleh Partai Ummat dengan memperdagangkan agama-Islam, hanyalah untuk kepentingan picik.

Bentuk Agitasi dan Propaganda!

Saya selalu yakin bahwa "tidak ada yang namanya kebetulah dalam kubangan politik". Penegasan Partai Ummat yang mengusung politik identitas (tentunya identitas agama-Islam) juga demikian. Bahwasannya pengakuan tersebut telah dikonsepkan secara matang untuk tujuan agitasi (hasutan) dan propaganda (menyebarkan hasutan). 

Tentu saja semuanya bertujuan untuk penggalangan emosi dan simpati massa demi kesuksesan dalam pagelaran pemilu 2024. Secara strategi politik, bagaimanapun buruknya citra politik identitas tetap saja kita perlu akui kehebatan Partai Ummat. Saya katakan demikian, karena agama di negeri harus diakui sebagai barang dagangan yang paling murah dan menguntungkan. Dan Partai Ummat benar-benar memanfaatkan situasi seperti ini.

Kemudian, mari kita menakar agitasi dan propaganda politik identitas Partai Ummat. Dapat dipastikan bahwa Partai yang dipelopori Amien Rais ini akan mendulang emosi dan simpatisan yang cukup banyak. Mengapa demikian? karena sebagian besar masyarakat Indonesia masih terbelenggu oleh kebodohan. Terutama dalam hal beragama.

Kelompok-kelompok ekstrem dan fanatik hingga kelompok kerbau dicocok hidung pasti akan menyusuri jalur pembodohan Partai Ummat. Namun demikian, tentu tidak berlaku bagi kalangan masyarakat yang waras otak. Bagi kaum waras otak, politik identitas yang diusung Partai Ummat merupakan bentuk paling nyata menjual agama dan Allah. Makanya tidak akan menggugah emosi dan simpati kaum waras otak.

Mengecam Politik Identitas

Setiap entitas politik semisal partai politik ataupun para kontestan memang wajib memiliki strategi politik untuk dapat memenangkan pagelaran politik. Namun demikian, strategi politik tidak boleh dilandasai oleh kepentingan-kepentingan dan ideologi-ideologi yang bersebrangan dengan kepentingan dan ideologi bersama sebagai suatu bangsa.

Maka dari itu, patutlah kita mengecam politik identitas sebagaimana diusung oleh Partai Ummat. Ada beberapa alasan mengapa kita mengecam politik identitas:

Pertama, mencederai demokrasi.

Sudah menjadi pengetahuan dan pengalaman umum bahwa pasca reformasi, negara kita melaksanakan demokrasi secara "normal". Salah satu bentuk demokrasi normal adalah dapat ditekannya politik identitas dalam gelanggang perpolitikan nasional. Lagi pula, demokrasi haruslah selalu mampu menjadi wadah yang menyatukan segala macam identitas sosial.  

Oleh sebab itu, mengusung politik identitas sama dengan mencederai demokrasi yang sudah diperjuangkan secara berdarah-darah oleh bangsa ini. Lebih dari itu, harus selalu diingat bahwa demokrasi yang dijalankan bangsa Indonesia adalah Demokrasi Pancasila yang notabene berdemokrasi dengan melekatkan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan dan keadilan sosial.

Politik identitas tentulah tidak sesuai dengan nilai-nilai sebagaimana terkandung dalam Pancasila.

Kedua, bentuk banalitas politik.

Politik identitas adalah bentuk yang paling nyata dari benalitas atau kedangkalan politik. Banalitas politik dalam hal ini berarti ketidakmampuan dalam mengikuti persaingan berpolitik. Akibat ketidakmampuan bersaing maka dipakailah strategi politik picik seperti politik identitas. 

Praktik banalitas politik seperti ini akan berbuah manis ketika khalayak sebagai obyek politik juga terhanyut dalam arus politik identitas sebagaimana sedang dibangun oleh Partai Ummat.

Ketiga, menjadi benih perpecahan.

Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang berdiri kokoh di atas berbagai macam identitas (SARA). Indonesia adalah tempat bersatunya identitas-identitas. Itulah mengapa semboyan Bhineka Tunggal Ika melekat dalam diri bangsa Indoenesia.

Hidup kembalinya politik identitas sebagaimana dipelopori oleh Partai Ummat dalam kancah perpolitikan nasional menuju pemilu 2024, pastilah akan menjadi benih unggul untuk menumbuhkan perpecahan nasional.  

Jangan Terprovokasi! Politik identitas yang diusung Partai Ummat hanyalah agitasi dan propaganda murahan. Ingat! barang murahan hampa akan kualitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun