Mohon tunggu...
Fairuz Ainur Syafa Mustofa
Fairuz Ainur Syafa Mustofa Mohon Tunggu... Mahasiswi Sastra Inggris at UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Buatlah dunia mengenalmu lewat karya tulisan mu

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kritik Terhadap Kebijakan Pemerintah: Beban Rakyat di Tengah Kemewahan Pejabat

13 Februari 2025   09:23 Diperbarui: 13 Februari 2025   09:23 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Anadolu Ajansi

Belakangan ini, Indonesia tengah menghadapi berbagai tantangan ekonomi yang memicu keresahan masyarakat. Pemutusan hubungan kerja (PHK) massal, pencabutan subsidi, dan meningkatnya biaya hidup menjadi momok yang menghantui rakyat kecil. Sementara itu, di sisi lain, fasilitas mewah bagi pejabat negara terus mendapat sorotan tajam.  

Data terbaru menunjukkan bahwa lebih dari 77.000 pekerja mengalami PHK sepanjang 2024, dengan Jakarta sebagai daerah yang paling terdampak. Sementara itu, rencana pemerintah untuk mencabut subsidi energi dan mengalihkannya ke bantuan langsung tunai (BLT) dinilai belum tentu efektif. Meski bertujuan untuk meningkatkan efisiensi anggaran, kebijakan ini bisa semakin membebani rakyat yang sudah kesulitan.  

Alih-alih mencari solusi yang lebih adil, pemerintah justru terlihat lebih fokus pada penghematan di sektor yang langsung berdampak pada masyarakat bawah. Hal ini semakin memperlebar jurang ketimpangan antara rakyat biasa dan elite pemerintahan.  

Di saat rakyat harus berhemat dan menghadapi lonjakan harga kebutuhan pokok, para pejabat justru menikmati fasilitas mewah yang dibiayai oleh uang negara. Contohnya, anggaran sebesar 310 miliar rupiah digunakan untuk menyediakan mobil dinas bagi 109 pejabat kementerian. Keputusan ini tentu menuai kritik keras karena dianggap sebagai pemborosan yang tidak sensitif terhadap kondisi ekonomi masyarakat.  

Selain itu, acara pembekalan para menteri di Magelang yang menggunakan tenda-tenda mewah dengan fasilitas lengkap juga mendapat kecaman luas. Kontrasnya gaya hidup pejabat dengan realitas rakyat menimbulkan ketidakpuasan yang semakin meluas.  

Di tengah kondisi ini, kritik dari berbagai pihak semakin menguat. Pakar hukum tata negara, Feri Amsari, menyoroti bagaimana anggaran negara digunakan lebih banyak untuk kepentingan elite ketimbang kesejahteraan masyarakat. Bahkan, beberapa pihak meminta pemerintah untuk lebih berhati-hati dalam menambah staf khusus di berbagai kementerian, mengingat beban anggaran yang semakin besar.  

Pemerintah memang mengklaim bahwa program seperti "Makanan Bergizi Gratis" senilai $28 miliar untuk anak sekolah dan ibu hamil akan membantu rakyat kecil. Namun, efektivitas program ini masih menjadi tanda tanya, terutama jika tidak diimbangi dengan kebijakan ekonomi yang lebih luas dan pro-rakyat.  

Ketidakpuasan masyarakat terhadap berbagai kebijakan ini adalah tanda bahwa ada yang harus diperbaiki. Pemerintah harus lebih transparan dalam mengelola anggaran, memastikan bahwa belanja negara benar-benar digunakan untuk kepentingan rakyat, bukan untuk memperkaya segelintir elite.  

Di tengah kesulitan yang dihadapi rakyat, pemimpin yang bijaksana adalah mereka yang tidak hanya berbicara soal efisiensi anggaran, tetapi juga menunjukkan empati dan solidaritas terhadap rakyatnya. Kebijakan harus dibuat dengan mempertimbangkan dampak nyata bagi masyarakat kecil, bukan sekadar angka di atas kertas. Jika ketimpangan ini terus dibiarkan, maka wajar jika kepercayaan rakyat terhadap pemerintah semakin terkikis.  

Sudah saatnya pemerintah membuktikan bahwa mereka benar-benar bekerja untuk rakyat, bukan hanya untuk kenyamanan para pejabatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun