Seorang Pendayung Sampan
Sorang  yang mendayungkan sampan untuk sampai ke hulu, lalu menunjukan jalan. Hati penuh ketulusan, memangkas rumput-rumput liar. Berjalan layaknya cahaya, ucapnya laksana syair petuah penuntun kehidupan. Matanya yang coklat berbinar, memperlihatkan tentang kebenaran tuhan semesta alam. Tangannya penuh kapal, telapak kakinya penuh retakan, tanda jalan yang panjang.
Mata air pengetahuan tuhan dialirkan kepada pendayung sampan. Pendayung sampan mengalirkan mata air itu untuk mengantarkan penumpang dan menunjukan jalan. Setaiap zarrah alirannya adalah ilmu pengetauan yang lebih bernilai dari intan. Keringatnya yang berkilau menerangkan jiwa-jiwa yang kusam. Wajahnya adalah padang rumput hijau.
Aku adalah bocah kusam tanpa warna, hinggaa tuhan mengirimkan seorang pendayung sampan untuk melukis kanvas diriku dengan bianglala pengetahuan. Aku yang tersesat jalan kala malam, kebingungan di kala siang, diantarkan dengan sampan kepada pemilik segala pengetauan, tuhan semesta alam.
Pemalang, 9 Juli 2020
Faiqbal Latif