Mohon tunggu...
Faiqbal Latif
Faiqbal Latif Mohon Tunggu... Lainnya - Faiqbal_lf

"Hiduplah Selagi Hidup"

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Seorang Pendayung Sampan

23 Agustus 2020   19:09 Diperbarui: 4 September 2021   07:07 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: yprindonesia.wordpress.com

Seorang Pendayung Sampan

Sorang  yang mendayungkan sampan untuk sampai ke hulu, lalu menunjukan jalan. Hati penuh ketulusan, memangkas rumput-rumput liar. Berjalan layaknya cahaya, ucapnya laksana syair petuah penuntun kehidupan. Matanya yang coklat berbinar, memperlihatkan tentang kebenaran tuhan semesta alam. Tangannya penuh kapal, telapak kakinya penuh retakan, tanda jalan yang panjang.

Mata air pengetahuan tuhan dialirkan kepada pendayung sampan. Pendayung sampan mengalirkan mata air itu untuk mengantarkan penumpang dan menunjukan jalan. Setaiap zarrah alirannya adalah ilmu pengetauan yang lebih bernilai dari intan. Keringatnya yang berkilau menerangkan jiwa-jiwa yang kusam. Wajahnya adalah padang rumput hijau.

Aku adalah bocah kusam tanpa warna, hinggaa tuhan mengirimkan seorang pendayung sampan untuk melukis kanvas diriku dengan bianglala pengetahuan. Aku yang tersesat jalan kala malam, kebingungan di kala siang, diantarkan dengan sampan kepada pemilik segala pengetauan, tuhan semesta alam.

Pemalang, 9 Juli 2020
Faiqbal Latif

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun