Mohon tunggu...
FAHRI ROJA SITEPU
FAHRI ROJA SITEPU Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN

Olahraga, Olahpikir dan Olahrasa

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Bisakah Dialektika Hegel Jelaskan Gejolak AI di Kantor?

11 Oktober 2025   19:59 Diperbarui: 11 Oktober 2025   19:59 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tesis: Tahun 1990-an, tukang ketik manual dan juru tulis mendominasi perkantoran.

Antitesis: Komputer dan Microsoft Word datang. Kepanikan melanda. "Tukang ketik akan punah!"

Sintesis: Tukang ketik tidak punah. Mereka bertransformasi menjadi operator komputer, admin, hingga content creator. Yang punah adalah mereka yang menolak beradaptasi.

Tesis: Tahun 2000-an, teller bank dan kasir adalah pekerjaan aman dan bergaji tinggi.

Antitesis: ATM, mobile banking, dan mesin kasir otomatis muncul.

Sintesis: Teller tidak hilang total. Mereka berevolusi menjadi relationship officer, financial advisor. Yang bertahan adalah yang mengembangkan soft skill: empati, komunikasi, problem-solving.

Pola yang sama sedang terjadi dengan AI. Pertanyaannya bukan "apakah AI akan menggantikan saya?" tetapi "bagaimana saya berkolaborasi dengan AI?"

Strategi Menghadapi Sintesis Baru

Jika dialektika Hegel akurat, maka ada tiga strategi yang harus diambil pekerja Indonesia:

  • Kuasai AI, Jangan Hindari

Data dari LinkedIn Learning menunjukkan bahwa pekerja yang menguasai AI tools mengalami kenaikan gaji rata-rata 25-35% lebih tinggi dari yang tidak. Pemerintah Indonesia melalui Prakerja dan Digital Talent Scholarship sudah menyediakan ribuan pelatihan AI gratis.

  • Kembangkan Keunggulan Manusia

AI lemah dalam hal yang manusia kuat: kreativitas kontekstual, empati budaya, pemikiran etis, negosiasi kompleks. Sebuah studi dari MIT menemukan bahwa pekerjaan yang membutuhkan "human touch" justru meningkat permintaannya 48% sejak adopsi AI.

  • Berpikir Jangka Panjang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun