Di zaman sekarang, anak muda atau yang sering disebut sebagai Gen Z, tidak bisa lepas dari gula. Mulai dari minuman kekinian seperti bubble tea, kopi susu, maupun soda, hal ini sudah menjadi bagian dari keseharian. Padahal, kebiasaan ini sangat berbahaya karena mengakibatkan risiko diabetes. Diabetes yang dulunya identik dengan orang tua, saat ini semakin sering menyerang remaja dan dewasa muda.Â
Menurut data IDAI, kasus diabetes tipe 1 pada anak di bawah 18 tahun meningkat 70 kalo lipat antara tahun 2010 dan 2023. Hal ini bukan hanya statistik, melainkan alarm nyata bahwa gaya hidup manis dan instan dapat membuat generasi muda terpapar risiko penyakit serius. Konsumsi minuman manis seperti kopi susu atau bubble tea, yang dalam sekali sajian mengandung 45-60 gram gula, tidak hanya melebihi batas harian, tapi juga membuat tubuh cepat "keracunan" gula.Â
Faktanya, konsumsi minuman dan makanan manis memang sangat tinggi di kalangan anak muda. Bahkan Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa lebih dari setengah anak usia sekolah mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung pemain setidaknya sekali dalam sehari. Ditambah gaya hidup yang cenderung malas gerak, kombinasi ini sangat merusak tubuh. Gula masuk terlalu banyak, lalu energi tidak terbakar karena tidak beraktivitas, sehingga tubuh menjadi resisted terhadap insulin, yang kemudian memicu kenaikan kadar gula darah dan diabetes.Â
Efeknya? Jika diabetes menyerang sejak muda, risikonya jauh lebih serius. Risiko muncul komplikasi seperti penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, kebutaan, dan luka yang split sembuh menjadi jauh lebih tinggi. Tidak hanya berdampak kepada fisik, tetapi juga berdampak pada psikologis, anak muda yang terkena diabetes bisa mengalami kecemasan, depresi, bahkan penurunan kepercayaan diri.Â
Meski serius, kabar baiknya, diabetes pada generasi muda bisa dicegah. Berbagai sumber menyebutkan kunci utamanya adalah perubahan gaya hidup. Mulai dari mengurangi konsumsi gula dan minuman manis, memilih makanan yang kaya serat seperti buah-buahan, sayur, dan biji-bijian, minimal olahraga 30 menit sehari. Cek kesehatan secara berkala juga penting, terimakasih bagi yang memiliki riwayat keluarga diabetes.
Upaya pencegahan ini tidak cukup hanya dilakukan oleh individu. Pemerintah dan institutions pendidikan memiliki peran besar. Misalnya, kampanye GERMAS dan kebijakan pajak gula, juga pengaturan kantin sehat dan pembatasan iklan makanan manis di sekolah. Edukasi makanan sehat sejak dini juga dapat membantu membentuk kebiasaan yang lebih baik agar anak muda tidak terjebak budaya gula.Â
Kesimpulan, generasi muda sekarang terjebak oleh gaya hidup tinggi gula dan rendah aktivitas fisik, yang memicu lonjakan kasus diabetes dini. Diabetes yang menyerang sejak muda sering menimbulkan komplikasi series pada fisik maupun mental. Namun, semua itu dapat dicegah melalui perubahan gaya hidup, mengurangi konsumsi gula, aktif bergerak, memperbaiki pola makan, dan melakukan skrining kesehatan berkala. Peran keluarga, sekolah, dan kebijakan publik sangat penting agar generasi manis ini bisa tetap sehat di masa depanÂ
KATA KUNCI : Diabetes, Gula, Kesehatan, Pencegahan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI