Mohon tunggu...
Fahima Dina Islami
Fahima Dina Islami Mohon Tunggu... Mahasiswa program studi Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

saya merupakan mahasiswa aktif jurusan Kesehatan Masyarakat, dengan program studi Kesehatan Masyarakat, di Universitas Airlangga Surabaya, Indonesia tahun ajaran 2025/2026.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bahaya Hamil di Usia Remaja

15 Agustus 2025   07:27 Diperbarui: 15 Agustus 2025   07:27 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kehamilan di usia remaja (kurang dari 20 tahun) bukan hanya persoalan "siap atau tidak", tetapi menyangkut risiko kesehatan bagi ibu dan bayinya, serta dampak pendidikan, ekonomi, dan psikososial. Secara medis, tubuh remaja masih dalam masa pertumbuhan sehingga lebih rentan mengalami komplikasi selama hamil dan melahirkan. WHO menekankan bahwa kehamilan remaja berkontribusi pada tingginya angka kesakitan dan kematian ibu-bayi, dan remaja hamil lebih berisiko mengalami kondisi serius seperti preeklamsia, eklampsia, infeksi pascapersalinan, hingga fistula obstetri. Bayi dari ibu remaja juga lebih sering lahir prematur dan berbobot lahir rendah (BBLR), yang dapat memicu gangguan tumbuh kembang. 

Data dari CDC menunjukkan bahwa dibandingkan kehamilan pada usia 20 tahun ke atas, kehamilan remaja lebih sering berujung pada kelahiran prematur, BBLR, serta angka kematian neonatal dan bayi yang lebih tinggi. Adapun faktor sosial ikut berperan, yakni akses layanan kesehatan yang terlambat atau tidak memadai, tekanan sebaya, kemiskinan, dan keterbatasan informasi kesehatan reproduksi. Dampaknya, banyak remaja yang hamil cenderung putus sekolah, kesempatan kerja menurun, dan berisiko mengalami tekanan psikologis. Ini menciptakan lingkaran kerentanan---kesehatan, pendidikan, dan ekonomi saling terkait. 

Di konteks Indonesia, temuan penelitian Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa kehamilan remaja dengan komplikasi berhubungan signifikan dengan peningkatan risiko kematian anak, terutama pada masa neonatal. Pencegahan dan penatalaksanaan yang tepat sejak hamil sangat penting, termasuk persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan. Selain faktor klinis, adanya norma sosial seperti perkawinan anak dan rendahnya literasi kesehatan reproduksi turut mendorong kehamilan dini. 

Pada 2025 WHO merilis pedoman baru untuk mencegah kehamilan remaja yang menekankan beberapa strategi :

1. Mengakhiri perkawinan anak, memperpanjang lama sekolah bagi anak perempuan

2. Memperluas akses pada layanan dan informasi kesehatan seksual-reproduksi yang ramah remaja (termasuk kontrasepsi)

3. Serta memperkuat perlindungan sosial bagi kelompok rentan.

Pendekatan ini perlu berjalan berdampingan dengan edukasi komprehensif tentang kesehatan reproduksi, keterampilan hidup, dan juga dukungan keluarga dan komunitas agar remaja dapat membuat keputusan yang aman dan bertanggung jawab. 

Hamil di usia remaja meningkatkan risiko medis bagi ibu dan bayi, berpotensi menghambat pendidikan dan masa depan ekonomi. Upaya pencegahan yang menyasar akar masalah adalah pendidikan, norma sosial, akses layanan, dan dukungan lintas sektor. Semua ini merupakan kunci untuk melindungi kesehatan dan masa depan remaja.

---

WHO -- Adolescent pregnancy (fakta & dampak):

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun