Di tengah gempuran digitalisasi global dan tuntutan akademik yang makin kompleks, pendidikan di Indonesia menghadapi tantangan mendasar: bagaimana menjadikan pembelajaran tetap bermakna, inklusif, dan dapat diakses semua kalangan bahkan dari ponsel sederhana dengan koneksi terbatas.
Di ruang kelas English Camp UIN Siber Syech Nurjati Cirebon (UIN SSC), saya melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana mahasiswa yang sebelumnya pasif mulai aktif bertanya, tertawa, dan berefleksi. Penyebabnya bukan teknologi mahal atau aplikasi canggih. Melainkan sesuatu yang jauh lebih dekat dan sederhana: emoji dan WhatsApp.
Dari percikan itu, lahirlah WELCOME WhatsApp Emoji Learning Centre of Mastery in Education. Sebuah pendekatan pendidikan mikro yang bertujuan merombak paradigma pembelajaran bahasa Inggris (dan pendidikan secara umum) menjadi lebih ringan, kontekstual, dan memberdayakan.
Ketika WhatsApp Menjadi Ruang Kelas
WhatsApp bukan hal asing bagi mayoritas mahasiswa. Ia lebih dari sekadar aplikasi pesan: ia adalah tempat diskusi, berbagi tugas, menyampaikan keluh kesah, dan tentu saja...bercanda. Maka, alih-alih memaksa mahasiswa beralih ke platform asing atau aplikasi berat, WELCOME memanfaatkan WhatsApp sebagai "kelas utama."
Setiap modul dikirim dalam bentuk pesan harian yang terdiri dari:
- Emoji sebagai pengganti simbol tata bahasa Â
- Audio singkat sebagai  listening Â
- Kuis caption dan storytelling untuk latihan grammar dan inferensi Â
- Pertanyaan reflektif yang menggabungkan aspek spiritual dan psikologis Â