Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Deretan Angka yang Menyiratkan "Pesan Kosmis" Garis Takdir Negara Indonesia

14 November 2020   23:01 Diperbarui: 22 November 2020   21:39 2222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar: ampleview.in)

Dalam tulisan sebelumnya (Pesan Alam dalam Angka 168, dan Situasi Terkini Tanah Air) saya telah membahas "168" sebagai angka yang "mengisyaratkan suatu durasi waktu." [agar pembaca dapat memahami hal yang mendasari "168" sebagai angka "yang mengisyaratkan suatu durasi waktu", saya sangat menyarankan agar membaca artikel tersebut terlebih dahulu, sebelum memulai membaca tulisan ini].

Dalam tulisan tersebut, saya juga membahas pesan intuitif yang saya dapatkan setelah membaca sebuah berita di kompas.com berjudul "Lomba Video New Normal Pemerintah Berhadiah Rp 168 Miliar Dinilai Tak Tepat, Ini Alasannya."

Bahwa, sesaat setelah saya membaca berita tersebut, sesuatu dalam diri saya (baca:intuitif) mengatakan ini adalah "sebuah tanda tentang durasi waktu".

Sayangnya, spektrum denyaran intuisi itu hanya sampai di situ. Selebihnya saya terpaksa mereka-reka. Bahwa mungkin ini tentang durasi waktu pemerintahan ini, atau juga mungkin negara ini. Yang tentu saja kedua alternatif itu membuat saya cemas.

Jika berandai-andai bahwa 168 Miliar itu adalah "pesan kosmis" tentang durasi waktu, maka, dalam hemat saya, titik awal perhitungannya adalah pada saat ketika pertama kali angka itu dicetuskan.

Namun, sejauh yang dapat saya gali, berita tentang hadiah 168 Miliar itu dirilis tanggal 22 Juni 2020 kemarin, dalam rangka pengumuman pemenang lomba tersebut, karena itu, bisa jadi pencetusan angka ini terjadi lebih awal dari tanggal 22 juni tersebut.

Jika merujuk pada tanggal 22 juni, maka akhir dari periode 168-nya (dalam hal ini 168 diasumsikan sebagai jumlah hari) adalah pada tanggal 7 Desember 2020.

Hal yang membuat saya lagi-lagi terkesima adalah "kenyataan lanjutan" yang mengiringi asumsi tersebut.

Dalam matematika ada yang disebut "bilangan sempurna" (Perfect numbers), yaitu bilangan bulat positif yang merupakan hasil dari jumlah faktor-faktornya kecuali bilangan itu sendiri.

Misalnya, 6 adalah bilangan sempurna, karena 1, 2, dan 3 adalah faktor dari 6 (1 + 2 + 3 = 6). Bilangan sempurna berikutnya adalah 28 (1 + 2 + 4 + 7 + 14 = 28).

Adapun deretan empat bilangan sempurna yang paling awal yaitu: 6, 28, 496, dan 8.128. 

Yang menarik, 168 adalah produk dari dua bilangan sempurna pertama, yaitu: 6 dan 28 (6 x 28 = 168), dan yang lebih menarik lagi, angka 6 dan 28 ini nampaknya memiliki keterkaitan pula dengan "tanggal 7 desember 2020" sebagai akhir suatu durasi waktu.

Keterkaitan itu tersaji pada deretan peristiwa aktual yang telah dan "mungkin" akan terjadi dalam waktu dekat ini.

"Angka 28" merujuk pada tanggal kepulangan HRS dari Arab di tanggal 10 november 2020 kemarin, yang berjarak 28 hari ke tanggal 7 desember 2020.

"Angka 6" merujuk pada tgl 2 desember 2020 (diagendakan sebagai momen ajang reuni PA 212), yang berjarak 6 hari ke tanggal 7 desember 2020.

Bahkan, dua angka bilangan sempurna sebelum "angka 28" yakni, angka 496 dan angka 8.128, ternyata juga menunjukkan adanya keterkaitan dengan event-event penting yang telah terjadi di Indonesia.

Jika kita menghitung, dari 7 desember 2020 ke "496 hari ke belakang", kita  tertuju pada momen bulan  juli 2019. Jika menggunakan perhitungan 1 tahun = 365 hari, maka 29 Juli 2019 adalah waktu yang dituju. 

Sementara jika menggunakan perhitungan 1 tahun = 360 hari, maka tanggal 24 Juli 2019 yang dituju. Di tanggal ini ada satu peristiwa menentukan peta politik Indonesia selanjutnya, yaitu pertemuan di Jalan Teuku Umar antara Megawati dengan Prabowo. Ini bisa dikatakan momen rekonsiliasi antara PDIP dengan Partai Gerindra pasca Pilpres 2019.

Sebenarnya ada beberapa peristiwa penting lainnya yang terjadi di tanah air sekitar bulan juli 2019, antara lain:  

  • Minggu 14 Juli 2019, Jokowi berpidato sebagai Presiden terpilih di Sentul Convention Center, Bogor, Jawa Barat. (sumber di sini)
  • Jumat 26 Juli 2019, dalam wawancara pada hari tersebut, Presiden Indonesia Joko Widodo mengatakan bahwa ia akan mendorong reformasi ekonomi yang kemungkinan tidak populer, termasuk undang-undang ketenagakerjaan yang lebih ramah bisnis, dalam masa jabatannya yang terakhir, karena ia tidak lagi akan menghadapi kendala politik. (sumber di sini)

Secara garis besar, bisa dikatakan "angka 496" merujuk pada momen terpilihnya kembali Pak Jokowi sebagai Presiden RI di periode ke 2 pemerintahannya.

Yang menakjubkan, "angka 8.128" merujuk pada momentum reformasi di tahun 1998. 

Jika kita menghitung, dari 7 desember 2020 ke "8.128 hari ke belakang" menggunakan perhitungan 1 tahun = 365 hari, maka 1 September 1998 adalah waktu yang dituju.

Sementara itu, jika menggunakan hitungan 1 tahun = 360 hari, maka hitungannya tepat merujuk pada 14 mei 1998. Ini momentum kerusuhan dan penjarahan melanda Ibu Kota negara, yang menyebabkan banyak WNI etnis Tionghoa mengungsi ke luar negeri. Bisa dikatakan ini adalah momen paling krusial dan sangat menentukan sukses tidaknya reformasi yang diperjuangkan pada tahun itu (sumber di sini)

Untuk pembaca ketahui, perhitungan 1 tahun = 360 hari adalah perhitungan yang paling awal digunakan, sebelum perhitungan 365 hari mulai digunakan.

Demikianlah, deretan angka bilangan sempurna "8.128 - 496 - 28 - 6" seperti sebuah "hitungan mundur" sekaligus merepresentasi rekaman momen-momen penting dan paling menentukan dalam garis takdir Negara Indonesia.

Pertanyaan pentingnya kemudian adalah: peristiwa apakah yang bakal terjadi di tgl 7 desember 2020 nanti, sebagai titik akhir dari hitungan-hitungan yang ditunjukkan 4 bilangan sempurna di atas?

Saya pribadi tak ingin berandai-andai hal apa yang sesungguhnya akan terjadi di tanggal 7 desember 2020 nanti. 

Bahkan, dalam hal ini saya berharap dugaan saya di atas keliru. Karena jika merujuk pada makna 168 sebagai "isyarat durasi waktu" maka, besar kemungkinan apa yang akan terjadi di ujung durasi waktu tersebut adalah suatu situasi yang tidak stabil. 

Namun, jika hal tersebut harus terjadi, saya berharap penyampaian ini dapat membuat kita lebih waspada.

Ada beberapa hal yang memang ditakdirkan harus terjadi, dan kita tidak memiliki kuasa untuk menghindarinya. 

Tapi, "peringatan dini" yang dihadirkan Sang Penguasa Alam Semesta sebelum peristiwa itu terjadi, dapat dimaknai sebagai kesempatan yang Ia berikan kepada kita untuk memilih apakah mau "soft landing" ataukah "hard landing" dalam memasuki situasi tersebut.

Sejujurnya, saya sempat menunda dan berpikir untuk tidak memposting tulisan ini, tetapi setelah semalam saya memohon petunjuk Allah, dan Alhamdulillah hasilnya, saya diarahkan membaca surat Al Anbiya' ayat 50 yang berbunyi: Dan ini adalah suatu peringatan yang mempunyai berkah yang telah Kami turunkan. Maka apakah kamu mengingkarinya? 

Kalimat "ini adalah suatu peringatan yang mempunyai berkah" dalam ayat ini, meyakinkan saya bahwa hal tersebut memang merupakan sebuah "peringatan dini", dan tentu saja saya tidak ingin divonis "mengingkari" atau "tidak percaya" kebenaran petunjuk tersebut... :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun