Dari pulau Bahrainm, lalu keluar kembali, mengambil arah selatan, menuju Pelabuhan kuno Bi'r `Ali dan pelabuhan kuno Aden di yaman, selanjutnya menyusuri pantai timur Afrika, mampir di Zanzibar lalu Kota Pelabuhan kuno di pulau  Ilha de Mocambique, Kota Pelabuhan kuno Cape Town di Afrika Selatan, Pelabuhan kuno Calabar di Nigeria, Kota Pelabuhan kuno Anfa (Casablanca) di Maroko, melintasi atau mampir di pelabuhan teluk Valencia, untuk kemudian menuju Pelabuhan kuno Hercules di Kota Pelabuhan Monaco.
Selepas dari pelabuhan kuno di Monaco, perhentian selanjutnya adalah di kota pelabuhan Pompeii di teluk Napoli, lalu mampir di pulau Sardinia (Italy), lalu memutari pulau Sisilia menuju Kota Pelabuhan kuno Patras di Yunani, untuk kemudian lanjut menuju pelabuhan kuno Piraeus yang terhubung langsung ke pusat kota Athena. Selanjutnya menuju kota pelabuhan kuno Antalya/ Anatolia Turki, untuk kemudian berakhir di Kota Pelabuhan kuno Byblos di Lebanon (Levant).Â
Total jarak pelayaran ini hitungan kasarnya (menggunakan Ruler pada Google Earth) adalah sekitar 36,500 Km. sementara jika pelayaran berupaya mempersingkat jarak dengan tidak mendatangi semua pelabuhan, maka jarak yang terpangkas sulit dibawah 27,000 Km. dengan kata lain, pelayaran dari pulau Sulawesi ke Mediterania adalah pelayaran berkisar 27,000 Km hingga 36,500 Km.
Jika diandaikan jarak pelayaran yang digunakan adalah 27,000 Km -- Dengan kecepatan jarak tempuh pelayaran 70 Km/hari, maka untuk menyelesaikan keseluruhan jarak pelayaran tersebut membutuhkan waktu sekitar 385 hari atau sekitar 1 tahun lebih 20 hari.Â
Hasil perhitungan ini saya pikir cukup sesuai dengan yang diungkap dalam Alkitab Ibrani (1 Raja-raja 10:22) bahwa kedatangan kapal Tarsis adalah sekali dalam 3 tahun.Â
Jadi, ketika kapal Tarsis meninggalkan wilayah Levant menuju pulau Sulawesi (pulang ke asal mereka) mereka akan tiba setelah melakukan pelayaran di laut sekitar 1 tahun dan tambahan sekitar 6 bulanan untuk nginap di beberapa pelabuhan yang disinggahi dalam rangka mengumpulkan bekal sekaligus melakukan perdagangan. Kembali kesana pun membutuhkan sekitar waktu yang sama, sehingga hitungannya tepat yakni sekitar 3 tahun.
Demikianlah, hitungan-hitungan di atas membuat hipotesis nusantara sebagai titik asal kedatangan kapal-kapal Tarsis menjadi lebih masuk akal jika dihadapkan pada Informasi dari Alkitab bahwa kedatangan kapal-kapal Tarsis adalah sekali dalam tiga tahun.
Selain itu, ungkapan bahwa Tarsis juga dikatakan memasok sejumlah besar logam penting ke Israel dan Phoenicia juga sejalan dengan kekayaan mineral logam seperti Emas dan Besi di pulau Sulawesi (dan Nusantara secara umum).
Hal ini juga dikuatkan oleh catatan Cornelis Speelman (1670) "Notitie dienende voor korten tijd en tot nader last van de Hoge Regering op Batavia voor ondercoopman jan van Oppijnen" tentang adanya kegiatan penambangan biji besi secara tradisional di daerah Seko dan Rongkong Toradja (Sulawesi Selatan bagian utara) dan di wilayah Malili yang pada waktu itu milik kekaisaran Luwu, serta adanya kegiatan ekspor besi dari Luwu.
Hipotesis Phoenicia berasal dari Sulawesi (Nusantara) menurut tinjauan linguistik
Bentuk nama Phoenicia dalam Yunani Kuno: Phoinike. Mengingatkan saya kepada nama teluk di Sulawesi yaitu teluk "Boni", serta adanya kerajaan kuno bernama Bo li, Po Ni, Fo Ni atau Bo ni (yang disebut dalam kronik Cina)Â yang saya pikir sebenarnya terkait dengan nama teluk ini, walaupun para sejarawan umumnya lebih mengidentifikasi letak kerajaan ini di wilayah barat Nusantara.Â
Saya melihat nama Bo Li, Po Ni, Fo Ni atau Bo Ni pada dasarnya berasal dari sesuatu kata dengan makna "pagi". Ini seperti istilah Bohni atau boni yakni istilah penjualan pertama di pagi hari yang terdapat India Utara dan Pakistan. ( telah sering saya bahas dalam banyak artikel misalnya di sini).Â