Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ini Asal-Usul Nama "Jawa" Menurut Konsep Lokapala (Penjaga Mata Angin)

15 Juli 2020   08:00 Diperbarui: 15 Juli 2020   08:10 3773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi lokapala (dokumen pribadi)

Contohnya "kebra nagast". Sebuah catatan kuno dari abad ke-14, yang berisi penjelasan tentang bagaimana Ratu Syeba (Ratu Makeda dari Ethiopia) bertemu Raja Salomo dan tentang bagaimana Tabut Perjanjian datang ke Etiopia dengan Menelik I (Menyelek). Terkait hal ini, David Allan Hubbard menjelaskan Dalam tulisannya "The Literary Sources of the Kebra Nagast" (Dissertation. University of Saint Andrews,1956).

Juga terdapat temuan arkeologis di wilayah Yaman (Arab selatan) mengenai eksistensi kerajaan Saba di wilayah tersebut pada masa kuno. Sebagaimana yang dijelaskan Israel Finkelstein dan Neil Asher Silberman (2007) dalam buku "David and Solomon: In Search of the Bible's Sacred Kings and the Roots of the Western Tradition" yang menegaskan negeri Saba letaknya di Arabia Selatan.

Menghadapi fakta-fakta yang lebih kronkrit seperti itu, akan menyebabkan klaim "Nusantara sebagai Negeri Sabah" rentan dipandang sebelah mata, atau pun dianggap sebagai "pseudosains" yang secara sarkastis biasanya disebut dengan istilah "cocokologi" oleh netizen di dunia maya. 

Dan hal ini pula yang saya lihat membuat para ilmuwan sejarah di Indonesia "terkesan" tidak terlalu tertarik untuk membahas tema ini. 

Bisa dikatakan bahwa mereka ada di posisi yang menganggap bahwa klaim "Nusantara sebagai Negeri Sabah"  adalah hal yang tidak ilmiah, pseudosains, dan bahwa membahas hal itu berpotensi dapat menyebabkan rusaknya "reputasi keilmiahan atau reputasi scientist" mereka... :)

Tapi sebenarnya, klaim "Nusantara sebagai Negeri Sabah" bukanlah sebuah klaim yang lemah. Ada banyak sumber literatur dari masa kuno yang menunjukkan Nusantara sebagai negeri Sabah.

Sebutan Nusantara sebagai Sabah atau Saba, Selain dapat kita temukan bentuk transliterasinya dalam banyak kronik Cina (yakni She-po atau Cho-po), dapat pula kita temukan dibahas dalam catatan "The Geography" Ptolemy yang menyebutkan wilayah ini sebagai Sabadeiba. 

Begitu pula dalam catatan perjalanan Giovanni de Marignolli (yang sudah saya bahas di atas). 

Bahkan, dengan pertimbangan merujuk pada kisah yang diriwayatkan dalam kitab suci bahwa, negeri saba adalah negeri Ratu Balkis (istri Nabi Sulaiman), maka, keterkaitan Negeri Saba dengan wilayah nusantara dapat pula kita temukan diungkap dalam catatan "Tuhfat al-Nafis" Raja Ali Haji Ibn Ahmad, yang kemudian diterjemahkan oleh Virginia Matheson and Barbara Watson Andaya (1982) dengan judul "The Precious Gift (Tuhfat al-Nafis) Raja Ali Haji Ibn Ahmad".

Dalam buku tersebut terungkap bahwa ...Raja-raja Bugis yang melakukan perjalanan ke barat dari tanah Bugis berasal dari Sitti Mallangkik, Ratu dari sebuah negara bernama Luwu. Beberapa tradisi Bugis menduga bahwa ia berasal dari Puteri Balkis, Ratu Sheba, yang merupakan istri dari Nabi Sulaiman. 

Penentuan Zona Waktu di masa kuno menguatkan klaim Nusantara sebagai Negeri Saba

Terlepas dari kesemua sumber literatur tersebut, saya pribadi menganggap bahwa hipotesis adanya pembagian zona waktu di masa kuno adalah fakta yang tak terbantahkan untuk klaim "Nusantara sebagai Negeri Sabah". Pembahasan mengenai hal ini telah saya ulas dalam artikel "Pembagian Zona Waktu di Masa Kuno" yang saya publikasi pada bulan Mei 2019.

Dalam tulisan tersebut saya mengurai hipotesis bahwa di masa kuno telah ada konsep pembagian zona waktu di muka bumi menurut posisi matahari di langit. Hal tersebut dbuktikan dengan adanya jejak toponim yang maknanya bisa dikatakan identik dengan nama waktu (pagi, siang, sore, dan maghrib), dan terletak pada posisi garis bujur yang terbagi rata, yakni masing-masing berjarak 45 derajat (atau berjarak 3 jam).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun