Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Jejak Kuno" Unsur Nusantara di Kawasan Laut Merah dan Afrika Utara

27 Oktober 2019   20:41 Diperbarui: 8 Desember 2019   17:02 1916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta kawasan Laut Merah dan Afrika Utara (sumber: http://www.emersonkent.com )

Jika hal ini dirujuk pada pernyataan Humboldt, maka kita tidak bisa menghindar dari pemikiran bahwa mereka mungkin berasal dari satu komunitas yang sama pada mulanya. Setidaknya, itu mungkin terjadi di suatu waktu jauh di masa lalu.

Lebih lanjut, Suatu info menarik lainnya, saya temukan dalam buku John A. Shoup: Ethnic Groups of Africa and the Middle East: An Encyclopedia, yang membahas mengenai 'suku Tuareg' yang merupakan penutur bahasa Berber yang tinggal di Aljazair selatan, Mali, Niger, Burkina Faso, dan jauh di barat daya Libya. 

Nama 'Tuareg', atau lebih tepatnya 'Tuwariq', adalah merupakan nama yang diberikan orang lain kepada mereka. 'Tuareg' menyebut diri mereka 'Kel Tamasheq', yang berarti penutur Tamasheq atau 'Kel Tagulmust' yang artinya 'orang terselubung', yaitu merujuk pada sorban besar atau talgumust yang dikenakan oleh para pria. 

Dalam buku Ethnic Groups of Africa and the Middle East: An Encyclopedia dikatakan bahwa Berber tampaknya telah berpisah dari keluarga utama sekitar 9.000 tahun yang lalu ketika bangsa Berber bermigrasi ke barat ke Afrika Utara dari Lembah Nil. Uraian bisa dibaca di sini.

Hal yang menarik dari info di atas adalah kenyataan bahwa nama Tuareg atau Tuwariq sangat mirip dengan nama to ware di Luwu. Dalam tradisi Luwu kata 'Wara' adalah sebutan untuk pusat Kerajaan atau kedatuan Luwu (Kota Raja). Sehingga orang-orang Luwu yang paham hal ini akan menyebut dirinya sebagai 'To Ware' yang dengan demikian bisa dimaknai sebagai 'orang asli Luwu'.

Jika dugaan saya benar bahwa Tuwariq yang bermukim di wilayah Afrika Utara terkait dengan To Ware di Luwu, maka ini mengkonfirmasi uraian saya mengenai etimologi Ta-mazight, dan adanya keterkaitan mereka dengan Luwu pada masa lalu. 

Bahkan, hipotesa yang lebih jauh datang dari Helene E. Hagan dalam bukunya The Shining Ones: An Etymological Essay on the Amazigh Roots of Egyptian Civilization yang sepertinya menghubungkan Tuareg atau Tuwariq dengan peradaban Mesir kuno awal -- ini pun juga bisa dikatakan mengkonfirmasi dugaan adanya hubungan Nusantara dengan Mesir kuno, terutama terkait dengan nama pelabuhan Mesir kuno, Saww atau Sauu yang sangat identik dengan kata sauh yang dalam bahasa Indonesia berarti jangkar, dan kata sau yang dalam bahasa tae berarti "melepas".

Berdasarkan keseluruhan uraian di atas yang sangat kuat menunjukkan adanya jejak unsur budaya Nusantara di Kawasan Laut Merah dan Afrika utara hingga Afrika barat pada masa kuno, maka sebagai pembahasan dibagian akhir dari tulisan ini, saya ingin mengajak pembaca untuk mencermati upaya identifikasi toponim Tanah Punt berikut ini...

Identifikasi Toponim Tanah Punt 

Dalam upaya mengidentifikasi tanah Punt yang misterius dan melegenda itu, saya melihat bahwa salah satu jalan yang bisa dilakukan adalah dengan meninjaunya secara fonetis, dengan membandingkan bentuk penyebutannya dalam bahasa Mesir dan Yunani.

Dalam Bahasa Mesir kuno Punt tertulis: 'pwnt' dengan alternatif Egyptological pembacaan 'Pwene(t)' - yang diperkirakan mengacu pada bentuk 'Opone'. Bentuk 'Opone' ini identik dengan bentuk penyebutan 'punt' oleh orang Yunani kuno: 'Oponi'. (James Henry Breasted: Ancient Records of Egypt: 1906) 

Dari beberapa bentuk di atas, antara: 'punt' - 'pwnt' - 'opone' - 'oponi' , maka bentuk kata 'poni' bisa jadi adalah merupakan bentuk asli dari kesemuanya. Dapat kita lihat bahwa bentuk 'punt' dan 'pwnt' tidak menggunakan foneti o di bagian depan, sementara itu bentuk 'opone' dan 'oponi' tidak menggunakan fonetis t di bagian belakang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun