Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Jejak Kuno" Unsur Nusantara di Kawasan Laut Merah dan Afrika Utara

27 Oktober 2019   20:41 Diperbarui: 8 Desember 2019   17:02 1916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta kawasan Laut Merah dan Afrika Utara (sumber: http://www.emersonkent.com )

Dalam Tulisan sebelumnya (Hubungan Nusantara dan Tanah Punt), juga telah saya ungkap adanya keidentikan nama pelabuhan Mesir kuno di wilayah laut merah: Saww (pengucapan: Sauu), dengan kata "Sauh" dalam bahasa Indonesia yang berarti "jangkar", serta kata "Sau" yang dalam bahasa Tae' berarti "melepas". Antara ketiga kata ini jelas terlihat adanya keterkaitan satu sama lain.

Kaitan ketiga tersebut dapat kita gambarkan dalam uraian sebagai berikut: Pelabuhan (Saww) - adalah tempat melepas (Sau) - jangkar (Sauh).

Fenomena bahasa, dimana satu kata memiliki makna yang berbeda  tergantung pada bentuk kalimat mana ia diletakkan, atau pun memiliki makna yang secara logis dapat dicermati memiliki keterkaitan satu sama lain, pada dasarnya umum terjadi. Dengan demikian, kata 'Saww', 'sauh' dan 'sau', bisa jadi adalah satu kata yang sama, yang memiliki makna beragam, bergantung pada bentuk kalimat mana ia digunakan. 

***

Di tempat lain di Kawasan Laut merah, terutama di wilayah Afrika Utara, Jejak unsur bahasa Nusantara saya identifikasi nampaknya juga terdapat dalam nama etnis setempat, yaitu: orang Berber , atau disebut juga Tamazighs (Daniel Don Nanjira. African Foreign Policy and Diplomacy from Antiquity to the 21st. Volume 1 : 2010)

Orang Berber sendiri menyebut diri mereka i-Mazigh-en, yang artinya "orang bebas" atau "orang mulia." (Peter Prengaman. Morocco's Berbers Battle to Keep From Losing Their Culture. San Francisco Chronicle. March 16, 2001) - Saya melihat adanya bentuk tradisi Bugis dalam bentuk penamaan tersebut. 

Dengan seluruh uraian ini, tergambar pada kita kemungkinan adanya hubungan yang sangat erat antara orang-orang di Nusantara (khususnya orang Bugis) dan orang-orang Berber jauh pada masa lalu. Tidak kita temukannya catatan-catatan kuno yang membahas hubungan antara keduanya di masa lalu, bukan berarti hubungan itu tidak ada, tapi lebih karena peristiwa tersebut telah terjadi ribuan tahun yang lalu. Mungkin jauh sebelum masa hadirnya orang-orang Yunani yang memulai kebiasaan mencatat, seperti; Hesiod, Pindar, Theopompos, Orpheus, Apollonius, Diodorus, Siculus, Aelian, Strabo, Plutarch, Ovid, Pliny, ataupun Plato, dan masih banyak lagi.

Menurut Prof. Santos (Atlantis: hlm. 168), kaum Berber (Tamazigh) adalah tergolong bangsa yang lebih konservatif mempertahankan bahasa mereka hingga tidak berubah untuk beberapa millennium -- terbukti bahasa mereka hanya sedikit sekali mengalami perubahan selama lebih dari 8.000 tahun terakhir.

Beruntungnya karena keterkaitan-keterkaitan suku bangsa di masa lalu tersebut, terekam dalam wujud bahasa. Bahasa sebagai variabel yang tak terpisahkan dari budaya sesungguhnya merupakan media perekam yang sangat efektif -- dapat bertahan dalam kurun waktu yang sangat lama -- dan sulit bahkan bisa dikatakan mustahil mendapat intervensi dari pihak-pihak tertentu yang ingin memanipulasinya. 

Karena itu, saya melihat bahwa sesungguhnya bahasa merupakan artefak sejarah yang paling otentik. Pemahaman ini, dari sisi tertentu, dapat dikatakan mengkonfirmasi ungkapan Wilhelm von Humboldt: "...karakter dan struktur suatu bahasa mengekspresikan kehidupan batin dan pengetahuan dari para penuturnya (...) Suara-suara tidak menjadi kata-kata sampai sebuah makna dimasukkan ke dalamnya, dan makna ini mewujudkan pemikiran suatu komunitas. (The Encyclopaedia Britannica, Ninth Edition Vol-XII)

Demikianlah, kata Mazigh dalam komunitas Berber dan kata Masiak dalam komunitas Bugis bercerita kepada kita pada hari ini bahwa mereka memiliki makna yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun