Mohon tunggu...
Fadjar PENA MANFAAT Setyanto
Fadjar PENA MANFAAT Setyanto Mohon Tunggu... Freelancer - PENA MANFAAT semoga pena ini selalu membawa manfaat.

Al Ghazali : kalau kamu bukan anak raja atau bukan anak ulama besar, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Angin Lalu

28 Februari 2023   09:36 Diperbarui: 28 Februari 2023   10:31 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: kompas.com

"Mas tahu gak kalau ta'lim yang biasa aku datangi sekarang berkurang dua per tiga?" cerita istri Rizal di suatu sore yang gerimis. Hujan gerimis membuat suasana sejuk. Aroma sejuk memasuki hidung yang menghirup udara sore itu. Suasana syahdu bertambah karena mawar-mawar yang mekar di halaman.

"Maksudmu sekarang sepi,? Tanya Rizal pada istrinya setelah menghirup kopi Kalimantan yang dihidangkan istrinya, Fulani.

"Iya," Jawab istrinya.

Rizal menghela nafas berat sebentar seolah mengatakan bahwa ini tidak bagus, "Apa karena ustadzahnya buat masalah dengan jamaah?" tanya Rizal.

"Sama sekali tidak mas," kata Fulani istrinya memberikan tekanan agak dalam pada kata-katanya itu untuk memastikan pada suaminya bahwa tidak ada masalah dengan ustadzah.

"Mereka...." kata-kata Fulani agak terputus sebentar lalu melanjutkan lagi,"Sepertinya mulai terpengaruh dan jatuh motivasi saat ada penggede partai bilang yang menjadi idola mereka mempertanyakan kegunaan kumpul-kumpul ngaji itu buat apa."

Rizal geleng-geleng kepala mendengar ucapan istrinya. Ternyata ucapan orang itu sangat berdampak pada ibu-ibu yang ada di wilayahnya. "Ini gak bener, aku harus menginvestigasi hal ini dan mencari tahu ada apa sehingga hal seperti ini bisa diinvestigasi sejak dini sehingga tidak merusak moral para ibu."

Rizal yang merupakan ketua RW di wilayahnya, merasa terganggu dengan kondisi ini. Dia menyadari, bahwa salah satu tanggung jawabnya ialah mendukung kegiatan positif seperti majelis ta'lim ini. Ini bukan hanya tanggung jawab ibu ustadzah, tapi melainkan juga tanggung jawabnya.

Keesokan harinya mulailah ia mengidentifikasi siapa saja yang menjadi peserta ta'lim itu. Berapa besar pengaruh si tokoh pada para jamaah itu.

Setelah selesai mengidentifikasi masalah yang timbul, Rizal pun memberi tahu rencananya pada istrinya dan meminta agar istrinya menyebarkan undangan pertemuan untuk bertemu di tempat ustadzah.

Fulani pun setelah berkoordinasi dengan ustadzah membuat undangan atas nama suaminya, ketua RW di lingkungan itu.

Pada hari yang telah ditentukan berkumpullah ibu-ibu jama'ah ta'lim di rumah bu ustadzah. Mereka sibuk bicara ini itu dan banyak hal yang dibicarakan, suasana begitu ramai. Konon mengapa suatu kelas di sekolah begitu ramai adalah karena hukum keramaian di dalam kelas yang anonim. Hukum itu berbunyi, "Mengapa suatu kelas atau ruangan bisa sangat berisik, hal ini dikarenakan pada saat para siswa berkumpul dalam kelas lalu ada sekelompok orang berbicara keras, maka kelompok lain akan berbicara lebih keras lagi, lalu diikuti kelompok lain lagi yang berbicara juga lebih keras dari kelompok pertama dan kedua, begitu seterusnya.

Rizal yang pernah membaca tentang hukum keramaian itu hanya tersenyum. Dalam hatinya senang karena ternyata jama'ah majelis ta'lim bimbingan ibu ustadzah cukup banyak pesertanya.

Setelah jam yang telah ditentukan terlewat tiga puluh menit, Rizal pun mulai membuka forum. Setelah membaca salam, puji-pujian pada Allah Swt,  syahadat, sholawat, pak RW pun berkata bahwa dia sangat menghargai para ibu bersedia datang ke forum sore itu untuk memenuhi undangannya. "Saya senang ibu-ibu hadir memenuhi undangan saya, dan saya juga senang bahwa majelis ta'lim yang dipimpin ibu ustadzah terus rutin berjalan dan berkembang."

"Majelis ta'lim adalah sarana belajar ilmu agama yang perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari," pak RW melanjutnya pembicaraannya,"Semua itu ada ilmunya, mau jadi ahli masak, ada ilmunya; mau jadi pilot, harus punya ilmu; demikian juga bila ingin masuk syurganya Allah Swt, ada ilmunya."

"Sarana mendapatkan ilmu ke syurganya Allah Swt, adalah belajar pada ahlinya, dalam hal ini ibu-ibu harus bersyukur ada ibu ustadzah yang bersedia membimbing ibu-ibu mendalami masalah ilmu agama, betul apa betul?" tanya pak RW pada hadirin.

"Betuuuuuuuuul," serempak menjawab.

"Satu hal lagi yang ibu-ibu harus tahu, tahu nggak kalau ibu ustadzah adalah penulis di kolom koran nasional untuk masalah yang berkaitan dengan wanita?" tanya Rizal sambil  menunjukkan beberapa edisi kolom koran dimana ustadzah memberikan tulisan untuk menjelaskan masalah wanita.

Rizal mempersilakan ibu-ibu melihat edisi koran-koran lawas itu secara bergantian.

"Sudah lihat semua, bu?" tanya Rizal.

"Sudah, pak RW." Serentak hadirin menjawab.

"Nah jadi, ibu harus bangga, bahwa ibu diajari ilmu agama oleh ustadzah yang ilmunya sangat dalam, betul kaaaaaan."

"Betuuuuuuuuul."

Baru saja selesai Rizal menyelesaikan kata-katanya, eh ibu Nana tiba-tiba menginterupsi, "Tapi pak RW, kok ada ya yang mencela apa yang kita lakukan ya?" tanya ibu Nana.

"Maksudnya, bu?" Rizal pura-pura tidak mengerti dengan maksud membuat ibu Nana menjadi lebih santai dalam menyampaikan pendapatnya  sehingga dia bisa menjelaskan dengan lebih panjang lebar. Rizal menghindari kesan menggurui kepada ibu-ibu jamaah, tapi sebagai teman berkeluh kesah.

"Beberapa waktu lalu, ada orang yang menjadi idola dan kebanggaan kami, kok tiba-tiba malah mengejek apa yang kami lakukan?".

"Dia mengatakan buat apa sering-sering mengaji, terus anak di rumah siapa yang mendidik,". lanjut sang ibu.

"Omongan orang itu begitu membekas di kami, apalagi dia adalah orang yang selalu kami idolakan dan kami biasanya selalu mengikuti saran-sarannya atas suatu masalah yang muncul."

"Sebagian dari kami jujur saja mengiyakan apa yang dia bicarakan, bahkan mengamini apa yang dikatakannya, sehingga sebagian jadi malas menghadiri ta'lim."

Setelah mendengarkan dengan seksama apa yang menjadi masukan dan keluh kesah warganya, Rizal bertanya pada para hadirin,"Ibu, apakah ibu yakin dia akan selalu bersikap baik pada ibu?", tanya Rizal.

"Coba diingat-ingat, kapan terakhir dia bertemu ibu-ibu?"

"Terakhir kami bertemu dia  ialah menjelang Pilkada, pak RW."

"Maaf ya bu, saya mau tanya sama ibu, jawab jujur ya...........," jawab Rizal.

"Apakah dia kenal dengan ibu?", tanya Rizal lebih lanjut.

"Boro-boro, pak RW.....," jawab ibu-ibu kompak sambil tertawa beramai-ramai.

"Nah dia gak kenal sama ibu, kenapa menjadikan dia sebagai idola? , tanya Rizal sambil tersenyum-senyum.

Para hadirin mesem-mesem malu-malu seperti menyadari kesalahannya.

"Ibu tahu gak, bahwa Nabi Muhammad Saw sangat sayang pada umatnya?" tanya Rizal.

Tanpa menunggu jawaban para ibu Rizal melanjutkan pembicaraannya, "Ibu tahu kan kalau nabi Muhammad Saw adalah pemberi syafaat pada hari pembalasan?"

"Menurut buku 'Muhammad Sang Inspirator Dunia' yang ditulis oleh Dr. Aidh Al-Qarni halaman 79, begini......"

"Beliau adalah pemberi syafaat pada hari pembalasan."

                                                                  Nabi Muhammad Saw adalah pemberi syafaat pada hari pembalasan.

"Beliau berkata :'umatku-umatku' sembari menangis."

"Lalu Allah Swt berkata kepada Jibril 'Wahai Jibril, temuilah Muhammad dan katakan : Kami akan membuatmu senang berkenaan dengan umatmu dan tidak akan membuatmu sedih'."

"Nah itu ceritanya ibu-ibu, ada yang sangat sayang pada kita, yaitu Nabi Muhammad Saw, betul?", tanya Rizal.

"Jadi mau pilih ikut Nabi Muhammad Saw atau pembenci pengajian?" tanya Rizal.

"Ikut nabiiiiiiii," serentak menjawab.

"Jadi kalau mau ikut nabi, mari ramaikan lagi majelis ta'lim kita, belajar dengan ustadzah yang in sya Allah ilmunya berdasarkan Al Qur'an dan Sunnah, bisa?"

"In sya Allah, bisa pak RW," serentak.

"Jadi kalau ada yang menjelekan pengajian anggap aja : A..............A..........," tanya Rizal sengaja memanjangkan huruf A.

"Anjing menggonggong, khalifah berlalu.............," serentak menjawab.

"Aaaaaaaaaaaangin lalu...............angin lalu...........ih sadis amat sih ibu-ibu ini," sela Rizal sambil tertawa disambut tertawa kekeh kekeh dari para ibu.

===

Gonilan, 28 Feb 2023

Fadjar Setyanto

Ikatlah ilmu dengan menulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun