Mohon tunggu...
Fadhly Syauqy Syahidan
Fadhly Syauqy Syahidan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mahasiswa Prodi Jurnalistik di Universitas Islam Negeri Jakarta. Hobi membaca dan menulis isu-isu yang baru terjadi terutama isu politik, entertainment dan konflik yang terjadi di masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami Esensi Keterampilan Berbahasa yang Efektif dalam Retorika

23 April 2024   16:54 Diperbarui: 23 April 2024   16:57 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Syamsul Yakin & Fadhly Syauqy Syahidan
(Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Sebetulnya retorika lebih sesuai jika dikategorikan sebagai sebuah keterampilan daripada pengetahuan. Karena sejatinya, retorika lebih mengarah kepada praktik ketimbang teori. Maka lebih cocok jika retorika dianggap sebagai keterampilan berbahasa secara efektif, baik lisan maupun tulisan.

Dalam hal retorika lisan, keterampilan memukau dari seseorang bisa dilihat ketika ia sedang berpidato di hadapan khalayak dengan bahasa dan diksi yang menarik, intonasi dan dinamika turun-naik, dan rima seindah puisi.

Maka tak heran jika seorang ahli retorika mampu menjahit kalimat candaan untuk menghibur, ice breaking untuk mencairkan suasana, dan juga satire untuk menyindir, namun tetap mudah dimengerti dan tidak terdengar aneh.

Seorang ahli retorika juga biasanya sering mengutip kata-kata bijak dari seorang orang nabi, filsuf, atau penyair. Para penceramah agama yang ahli retorika, tak jarang mengutip ayat al-Qur'an sebagai basis teologis argumentasinya.

Kemampuan meracik bahasa lisan ini sering membius perasaan pendengarnya. Pendengar terkadang bisa merasa haru, sedih, tertawa, geram, dan marah. Sejatinya seorang motivator, penceramah, dan provokator demo memiliki kemampuan retorika yang seperti itu.

Dalam hal tulisan, kemampuan seseorang terlihat saat dia menulis atau mengarang baik karya fiksi maupun non-fiksi. Tulisannya mengalir ringan, indah, dan penuh makna.

Seperti halnya keterampilan retorika lisan, retorika tulisan yang baik harus memenuhi prinsip-prinsip retorika, seperti memahami arti kata-perkata, gabungan kata, kata ungkapan, dan kalimat dengan baik. Begitu pula kemampuan tata bahasa baku yang berlaku. Seorang penulis yang menguasai retorika biasanya juga menguasai ilmu logika, seni, filsafat, dan ilmu-ilmu sosial.

Untuk mengetahui kekuatan retorika lisan seseorang, bisa dilihat dengan berbagai cara. Salah satunya, dengan melakukan transkripsi bahasa lisan menjadi teks. Apabila enak dibaca, tersusun sesuai tata bahasa, dan tak banyak pengulangan yang tidak perlu, bisa dipastikan retorika lisan orang itu baik.

Begitu juga sebaliknya, apabila bahasa tulis seseorang efektif, menarik, dan estetik ketika dijadikan sebagai teks pidato, maka dipastikan retorika tulis orang itu baik.

Misalnya, retorika bisa ditemukan ketika seorang politisi diwawancarai atau menulis di ruang publik. Para politisi ketika berbicara dan menulis biasanya menggunakan bahasa normatif yang tak bisa disangkal. Itulah salah satu contoh retorika politik saat ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun