Mohon tunggu...
Fadhea PertiwiDalimunthe
Fadhea PertiwiDalimunthe Mohon Tunggu... Lainnya - Fastabiqul Khairat

_fadhea_

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kesempatan Tidak Datang Dua Kali

27 November 2020   12:15 Diperbarui: 27 November 2020   19:54 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari minggu yang lalu benar -benar membuat saya merasa sangat menyesal. Hari yang sungguh menjengkelkan untuk saya ingat. Hari yang mengingatkan saya bahwa kesempatan tidak akan datang untuk kedua kalinya.

Pagi itu saya harus bangun lebih pagi karena saya harus mengikuti ujian organ dan festival musik. Ujian yang selama ini saya tunggu - tunggu. Ujian kali ini berbeda dengan ujian yang sebelumnya. Karena itu saya sudah mempersiapkannya dengan sangat matang. Saya harus datang lebih awal dari jam ujian yang sudah ditentukan untuk latihan terlebih dahulu, supaya nanti saya tidak gugup. Sebenarnya ujian saat itu hanya membutuhkan lima lagu. Tapi karena saya sudah berencana setelah ujian saya akan mengikuti sebuah festival musik yang diadakan di gedung itu juga, jadinya saya menambah jumlah lagu saya. Saya siapkan dua lagu lagi untuk saya mainkan di festival musik nanti.

Beberapa jam kemudian, saya sudah selesai ujian. Saya langsung cepat - cepat naik ke lantai 3 untuk mengikuti festival musik. Setelah saya mendaftar ulang, saya langsung mencari tempat duduk. Tidak lama kemudian acara dimulai. Saya melihat saingan saya begitu handal saat memainkan alat musik tersebut. Saya jadi pesimis dan saya sempat berfikir untuk membatalkan rencana saya untuk mengikuti festival itu. Tapi pikiran itu saya buang jauh - jauh. Semakin lama saya semakin gugup dan sampai akhirnya tiba giliran saya.

Saya naik keatas panggung. Saking gugupnya saya sampai tidak melihat kalau ada kabel di depan saya. Saya pun sedikit tersandung kabel yang ada di atas panggung itu. Alhamdulillah nya saya tidak terjatuh. Saya menarik nafas panjang. Saya mulai mengendalikan perasaan gugup itu. Karena kalau saya gugup bisa - bisa saya jadi tidak bisa berkonsentrasi untuk memainkannya. Sedangkan, untuk memainkan organ itu perlu konsentrasi yang tinggi. Jika saya salah sedikit, itu bisa menjadi kesalahan yang sangat fatal. Lalu saya mulai memainkan lagu saya.

Beberapa menit kemudian saya sudah selesai dan segera turun dari panggung dengan perasaan lega dan bersyukur, karena tadi saya tidak melakukan kesalahan sedikit pun. Saya langsung duduk di sebelah pengajar saya. Lalu saya bertanya ke pengajar saya untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan yang saya perbuat tadi. Sekitar dua jam setelah itu acara sudah hampir selesai, tinggal menunggu pengumuman pemenangnya. Dari awal saya sudah merasa ragu untuk mengikuti festival musik ini, bahkan saya beranggapan kalau saya tidak akan menang. Seharusnya saya dimasukkan  dalam kelompok junior, tapi karena kelompok itu pesertanya sudah terlalu banyak akhirnya guru saya memasukkan saya ke dalam kelompok tingkat senior.

Pengumuman pun dibacakan. Ternyata tidak disangka - sangka saya mendapat juara pertama. Saya sempat tidak percaya diri, tapi itu memang benar kenyataan. Saya pun segera naik ke atas panggung untuk mengambil piala dan hadiah. Karena saya menang, tiga bulan berikutnya saya terpilih sebagai salah satu perwakilan murid dari sekolah musik saya. Saya pun merasa senang sekali atas keberhasilan saya yang tidak saya sangka - sangka. Menurut juri permainan saya sudah bagus dan harus ditingkatkan lebih baik lagi untuk festival musik tiga bulan lagi tingkat senior antar sekolah musik. 

Sebulan sebelum saya mengikuti festival musik lagi, saya merasa tidak semangat untuk mengikutinya. Saya beranggapan saya bisa mengikuti di lain waktu. Saya pun tidak mempersiapkannya dengan matang. Saya jarang latihan musik di rumah dan bukan hanya itu, bahkan saya jadi sering bolos les musik. Mama saya sering memarahi saya karena saya jarang latihan dan sering bolos les musik. Dia berkata kepada saya, " kalau kamu begini terus kamu tidak akan menang, tidak bisa mengikuti festival di tingkat selanjutnya. Dia mengingatkan saya kalau kesempatan itu tidak datang untuk kedua kalinya. Tapi saya tetap beranggapan kalau saya pasti akan menang dan tidak perlu berjuang keras.

Akhirnya acara festival yang ditunggu - tunggu pun tiba. Saya pun merasa malas untuk mengikutinya. Saya akhirnya berangkat juga ke sana untuk mengikutinya. Sepanjang perjalanan saya cemberut, sambil memandang keluar. Sekitar satu jam perjalanan, saya sudah sampai di gedung festival. Ternyata saya sudah telat beberapa menit. Saya langsung berlari menuju lantai tiga. Dan tidak lama kemudian tiba giliran saya. Saya pun naik ke atas panggung. Kali ini saya tidak merasa gugup. Tapi setelah saya mulai memainkan lagunya, konsentrasi saya tidak tertuju ke lagu itu. Akhirnya lagu yang saya mainkan itu berantakan.

Sekitar dua jam setelah itu, pengumuman akhirnya dibacakan. Saya menunggu dengan sabar pembacaan pengumuman tersebut. Saya sungguh kaget, karena saya tidak termasuk ke dalam kelompok finalis. Ternyata, festival itu adalah festival terakhir yang diadakan. Untuk mengikutinya lagi, saya harus menunggu enam tahun. Saya sungguh sedih. Akhirnya saya pulang dengan perasaan kecewa. Seandainya festival kali ini saya berlatih keras seperti dulu, mungkin saya tidak merasa kecewa seperti ini. Andai saja saya dapat memenangkan festival itu, saya akan mendapatkan beasiswa itu. Karena waktu itu jumlah pesertanya hanya sepuluh orang. Saya termasuk dua orang yang tidak terpilih ke dalam kelompok finalis. Saya menyadari kalau kesempatan itu tidak pernah datang untuk kedua kalinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun