“Aku pengen ketemu Mad?”, balas Dewi.
“Kenapa emang?, besok aja waktu jam istirahat, oke?”
Setelah menunggu beberapa lama Dewi tak kunjung membalas pesanku, kupikir dia sudah tidur. Akhirnya aku meneruskan tidurku.
Suara adzan mulai berkumandang, aku spontan bangun mendengarnya. Kulihat ponselku menunjukkan pukul 4 pagi, aku segera cuci muka, sikat gigi, lalu sholat subuh.
Setelah sholat subuh aku tertidur kembali. Ternyata ibu sudah pulang dari pengajiannya di luar kota, ibu membangunkanku untuk sekolah. Aku terbelalak karena aku terlambat bangun lagi, segera aku mandi dan memakai seragam. Di tengah perjalanan menuju sekolah, aku berpapasan dengan Dewi, aku langsung menyapanya dengan membunyikan klakson motorku. Dewi hanya menatapku sebentar dengan pandangan kosong.
“Kenapa ya Dewi, katanya kemarin mau ketemu, eh papasan di jalan diem aja, hmm... dasar aneh”, gumamku dalam hati.
Sampai di kelas pelajaran sudah dimulai, untung bu guru lagi baik hati akhirnya aku diizinkan untuk masuk ruangan. Di kelas suasana hening hanya ada suara bu guru yang menjelaskan pelajaran.
“Treet... treett... treetttt...”, bunyi bel istirahat berbunyi.
Teman-teman seangkatanku mengadakan perkumpulan mendadak.
“Ada apa nih, kok tiba-tiba kumpul mendadak banget?” tanyaku.
“Loh kamu gatau Mad?”, balas Rudi.
“Dewi kemarin habis nganterin kamu dia kecelakaan dan sekarang dia koma di rumah sakit”, balas teman-temanku serentak.
“Haaa apaa?”, dengan raut muka yang tidak percaya dengan apa yang telah aku lalui, aku sampai lemas mendengar pernyataan teman-temanku.