Mohon tunggu...
Muhammad FachrulHudallah
Muhammad FachrulHudallah Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

"Jika Aku bukan anak Raja, Penguasa, Bangsawan, dan dari kalangan Priyayi, Aku hanya dapat mengenalkan diriku melalui gagasan karyaku"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Maba Awam Bercinta

8 Desember 2020   03:01 Diperbarui: 8 Desember 2020   03:36 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah basa-basi yang panjang, dia akhirnya luluh dan memberikan nomer whatsAppnya padaku. Walaupun aku awam, setidaknya mencoba agar tau tolak ukur kegagalan.

Setiap malam ku mengirimkan pesan di WhatsAppnya. Entah menanyakan keperluan ospek, atau hal lain yang bisa membuatku dekat dengannya. Walaupun obrolan tidak begitu bermutu, setidaknya membuat dia semakin dekat denganku hingga membentuk sebuah lingkaran hubungan yang mengikat. Aku optimis akan menjadi kekasih yang dapat membahagiakanku.

Tak hanya pesan yang kukirimkan setiap hari, sesekali dia ku telfon walau hanya satu jam. Jika tidak puas, aku mengajaknya VC-an.

Aku coba mengajaknya pergi setelah pulang kuliah, dia mengiyakan tawaranku tanpa sedikitpun bertingkah jual mahal.

Pulang kuliah ku keluarkan motor kesayanganku, Honda CRF. Dia menolak tawaranku untuk naik motor bersamaku karena waktu kuliah ternyata gadis itu mengendarai mobil dan katanya panas..

"Maaf ya, An. Bukannya aku nolak. Sejak dulu aku dibahagiain papah. Jadi gak boleh naik motor. Kalau kamu mau, bisa naik mobilku." Ucapannya mengagetkan diriku yang anak dari seorang buruh pabrik dengan kehidupan sederhana.


Untungnya aku memiliki pengalaman menyupir, jadinya ku iyakan tawaran gadis belia itu. Kita berdua memutari kota dengan wajah gembira. Tanganku tiba-tiba usil meraba tangannya untuk dapat bergandengan di mobil. Ternyata, dia tidak menolaknya! Langsung saja ku tembak dia dengan kata-kata romantisku. Setelah pura-pura lama mikir, akhirnya dia menerimaku. Katanya, apa adanya dan bukan ada apanya.

Tidak terasa matahari telah terbenam. Diriku menawarkan padanya untuk kembali ke kampus agar ku dapat mengambil motorku untuk pulang dan dia mengiyakannya.

Seketika tiba di rumah, tepat pukul 20.00 WIB dia mengirimkan pesan di whatsApp.

"Yang, aku laper. Kalau kamu nggak sibuk, boleh kirim makan kesini? Soalnya papah sama mamah lagi di luar kota."

Tanpa lama, diriku langsung mengiyakan. Kali ini aku mengeluarkan motor bapak, yaitu astrea grand 1997 yang biasanya di bawa beliau. Aku mencari penjual nasi goreng, dan akhirnya dapat nasi goreng babat. Niatku hanya untuk membahagiakannya sehingga ku bungkuskan untuknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun