Aku tak pernah mengingat
Ini malam ke berapa pada hari yang ke berapa
Aku terlampau sibuk bergulat dengan perih
untuk sekedar mengingat apakah hari telah berlalu
Sejak hari itu,
ketika cahaya wajahmu jatuh di kedua bola mataku.
Semburat sinarnya mendebarkn jantung
Aku lumpuh
Lumpuh oleh keterpesonaan
Pada sentuhan hangatmu,
pada katamu yang terucap bibir,
pada segala rasa yang hadir menyertainya
Takkan ku biarkan semua berlalu begitu saja
akan ku sesaki sadar dan mimpiku tentangmu
hingga semua tak berbeda dalam jarak yang panjang.
Aku telah terjatuh dalam cinta yang kepadamu
Kapan kita bertemu kembali
Mungkinkah saat aku menyadari bahwa mencintaimu adalah bgian dari merelakan
Kapan kita bertatapan lagi di bawah cahaya rembulan?
Mungkinkah saat kau menyadari hatiku sungguh milikmu?
Aku terus merindumu
Selalu bertambah dan tak pernah berkurang
Seperti setiap waktu adalah detik terakhir dalam hidup
Ini semua perihal rindu.
Merindumu