Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... GURU - PENCARI MAKNA

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Diam Mereka Penuh Suara: Saya Baru Mengerti Setelah Terlambat

20 Juli 2025   07:14 Diperbarui: 20 Juli 2025   07:14 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang anak duduk di pojok kelas, menunduk sambil menulis. Diamnya menyimpan pesan yang tak selalu terdengar, tapi terasa.  (Pexels)

Tahun pelajaran lalu, saya duduk sendiri di sudut ruang guru. Di tangan saya ada selembar kertas tugas yang sudah berkali-kali saya koreksi. Ada coretan merah. Ada komentar. Ada harapan yang saya sematkan lewat kalimat-kalimat pendek.

Tapi, dari semua tugas yang saya baca, ada satu yang membuat saya terdiam cukup lama. Bukan karena nilainya tinggi. Bukan juga karena bahasanya istimewa.

Melainkan karena isinya seperti menampar saya pelan-pelan. Sopan. Tulus. Tapi dalam.

"Pak, kadang saya merasa sekolah ini terlalu ribut untuk mendengar anak seperti saya."

Kalimat itu ada di bagian akhir esai berjudul Mimpi dan Masa Depan. Tanpa nama. Tanpa identitas. Seolah hanya ingin dituliskan, bukan dikenali.

Tapi dampaknya tidak kecil. Ada sesuatu yang mengendap lama di dada saya sejak hari itu.

Apa yang Tak Pernah Kita Dengar dari Anak Didik Kita?

Saya pikir saya sudah cukup sering mendengar mereka.

Di kelas. Di luar kelas. Saat mengisi absensi. Atau sekadar ngobrol soal nilai matematika yang menurun.

Tapi ternyata, mendengar bukan cuma soal telinga.

Mendengar juga soal diam. Dan saya belum benar-benar belajar diam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun