Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... GURU - PENCARI MAKNA

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Saat VOC Masuk ke Meja Makan: Refleksi atas Gaya Pengasuhan Kaku

19 April 2025   21:41 Diperbarui: 20 April 2025   06:32 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang Anak yang Fokus Makan Tanpa Gangguan (Sumber: Pixbay.com)

"Apakah cocok diterapkan pada anak zaman sekarang?"

Pertanyaan ini bukan sekadar netral, melainkan cara halus untuk menggiring kita berpikir ulang. Ini memberi isyarat bahwa pendekatan seperti ini mungkin sudah tidak relevan di era modern. Selanjutnya, pertanyaan lanjutan yang diajukan adalah apakah kita memiliki metode sendiri agar anak tidak picky eater? Pertanyaan ini membuka ruang untuk berbagi pengalaman dan solusi yang lebih relevan.

Ini adalah contoh dari strategi afirmatif inklusif, di mana pembaca diajak untuk berpartisipasi dalam menciptakan narasi bersama tentang pengasuhan yang lebih adaptif dan aplikatif.

Kritik dan Refleksi Pribadi

Sebagai orang tua yang hidup di era digital, saya memandang istilah Parenting VOC sebagai metafora yang menarik, namun juga problematik. Di satu sisi, istilah ini berhasil menarik perhatian berkat makna historisnya yang kuat. Namun di sisi lain, ia dapat terlalu menyederhanakan hubungan orang tua-anak dengan terlalu menekankan kekuasaan sebagai pusat pengasuhan.

Saya pernah mencoba pendekatan otoriter saat anak mengalami fase sulit makan. Saya menetapkan aturan ketat, seperti tidak boleh bermain atau menonton TV sebelum makan, serta harus menghabiskan makanan dalam waktu tertentu. Meskipun awalnya berhasil, anak saya menjadi tegang dan mulai menyembunyikan ketidaksukaannya terhadap makanan tertentu.

Dari pengalaman itu, saya belajar bahwa kedisiplinan yang dipaksakan tanpa empati tidak menciptakan kebiasaan sehat. Sebaliknya, saya beralih ke pendekatan yang lebih dialogis, memberi anak ruang untuk mengungkapkan preferensi mereka, sambil tetap mengajarkan batasan dan tanggung jawab.

Menuju Gaya Pengasuhan Kontekstual dan Humanis

Sebagai alternatif terhadap Parenting VOC yang otoriter, banyak pendekatan pengasuhan modern yang lebih menekankan kolaborasi, komunikasi dua arah, dan pengembangan empati. Authoritative parenting, misalnya, mengutamakan kedisiplinan dengan memberi anak ruang untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Anak diajarkan untuk memahami konsekuensi dari pilihan mereka, bukan karena takut hukuman, tetapi karena mereka belajar bertanggung jawab atas tindakan mereka.

Pendekatan lain yang tidak kalah penting adalah mindful parenting, yang menekankan kesadaran penuh dalam interaksi orang tua-anak. Dengan cara ini, orang tua bisa lebih peka terhadap kebutuhan emosional anak dan membantu mereka mengatasi masalah seperti kecanduan gawai atau picky eating dengan cara yang lembut dan penuh kasih sayang.

Selain itu, positive discipline fokus pada penguatan perilaku positif dengan memberikan pujian dan penghargaan, bukan hanya hukuman. Pendekatan ini mendorong anak untuk mengembangkan rasa percaya diri dan tanggung jawab atas tindakan mereka.

Dengan demikian, orang tua tidak hanya berperan sebagai pengawas, tetapi juga pendamping yang memberikan contoh yang baik, membimbing anak agar bisa membuat keputusan bijak dalam hidup mereka.

Penutup

Mengakhiri pembahasan tentang Parenting VOC, saya ingin menegaskan bahwa setiap keluarga memiliki kebutuhan yang unik. Apa yang berhasil untuk satu anak mungkin tidak berlaku untuk anak lainnya. Oleh karena itu, penting untuk melihat pendekatan otoriter seperti Parenting VOC dengan kritis, terlebih di tengah zaman yang terus berubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun