Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... GURU - PENCARI MAKNA

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Saat VOC Masuk ke Meja Makan: Refleksi atas Gaya Pengasuhan Kaku

19 April 2025   21:41 Diperbarui: 20 April 2025   06:32 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang Anak yang Fokus Makan Tanpa Gangguan (Sumber: Pixbay.com)

Di tengah arus cepat perubahan zaman, tantangan orang tua dalam mendidik anak semakin kompleks. 

Anak-anak tumbuh dalam lingkungan digital yang penuh distraksi, yang sering membuat mereka sulit fokus, cenderung menjadi picky eater, atau bahkan bergantung pada gawai untuk sekadar makan. 

Pertanyaan yang muncul adalah: Apakah pola asuh yang tegas dan disiplin, seperti "Parenting VOC", masih relevan diterapkan pada anak zaman sekarang?

Parenting VOC merujuk pada gaya pengasuhan otoriter yang menekankan kedisiplinan ketat, aturan yang tak tergoyahkan, dan kontrol penuh orang tua. Metafora ini terinspirasi dari sejarah Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), yang dikenal dengan dominasi dan kekuasaan absolutnya. Namun, apakah gaya pengasuhan ini masih efektif di zaman yang serba cepat dan penuh tantangan ini? Inilah yang menjadi pertanyaan besar yang ingin saya bahas dalam tulisan ini.

Melalui analisis wacana kritis, saya akan mengajak pembaca untuk menggali apakah Parenting VOC adalah solusi untuk pengasuhan masa kini atau justru perlu disesuaikan dengan konteks sosial anak-anak di era digital. Saya juga akan berbagi pengalaman pribadi serta pendekatan alternatif yang lebih kontekstual dan humanis dalam mengasuh anak.

Menelusuri Makna "Parenting VOC"

Istilah Parenting VOC sarat dengan makna simbolik. VOC, sebagai kongsi dagang Belanda, menggambarkan kekuasaan dan dominasi yang menekan wilayah jajahannya, termasuk Nusantara. Ketika dipinjam untuk menggambarkan pola asuh, makna ini menunjukkan gaya pengasuhan yang keras, otoriter, dan minim kompromi.

Secara psikologis, pola asuh ini identik dengan authoritarian parenting, yang menuntut kepatuhan mutlak dari anak tanpa ruang untuk diskusi atau negosiasi. Ciri-cirinya meliputi aturan yang ketat, ekspektasi tinggi, hukuman sebagai bentuk koreksi, dan kontrol penuh oleh orang tua atas anak.

Namun, menggunakan metafora VOC tidak hanya menyoroti ketegasan. Ini juga membawa nuansa dominasi satu arah yang berakar pada logika penjajahan di mana yang lebih kuat memaksakan kehendak pada yang lebih lemah. Dalam konteks keluarga, ini memunculkan pertanyaan: apakah pola dominasi seperti ini masih relevan dalam membangun hubungan orang tua-anak yang idealnya penuh kasih sayang dan saling pengertian?

Dengan demikian, "Parenting VOC" bukan sekadar istilah kreatif, tetapi juga kritik terhadap gaya pengasuhan yang kaku dan tidak adaptif terhadap zaman.

Analisis Wacana

Untuk memahami lebih dalam, kita perlu menggunakan pendekatan analisis wacana kritis. Istilah "Parenting VOC" digunakan dengan cerdas dan provokatif. Ia tidak menyatakan bahwa pola asuh otoriter itu baik atau buruk. Sebaliknya, ia mengajak kita untuk berpikir kritis melalui pertanyaan retoris:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun