Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Makna

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Konservasi Hutan dan Kesadaran Lingkungan: Kunci Ketersediaan Air di Kampung

4 April 2024   22:07 Diperbarui: 4 April 2024   22:10 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lokasi Persawahan ((Screenshot dari Google Map)

Selain itu, perlu juga adanya regulasi yang lebih ketat dan penegakan hukum yang tegas untuk mengurangi pemborosan air serta mendorong praktik-praktik yang ramah lingkungan. Dengan upaya bersama ini, kami optimis dapat menjaga ketersediaan air yang berlimpah di kampung kami untuk generasi mendatang.

Slogan "Merawat Air sama dengan Merawat Kehidupan" mengandung makna yang mendalam dan memperkuat kesadaran akan pentingnya menjaga air sebagai sumber kehidupan. Dalam konteks realitas yang saya sampaikan, slogan ini menjadi semakin relevan karena mempertegas perlunya kesadaran dan tindakan nyata dalam pengelolaan air.

Pertama, slogan ini mengingatkan kita akan hubungan erat antara kehidupan dan air. Air tidak hanya diperlukan untuk minum dan mandi, tetapi juga untuk pertanian, industri, serta fungsi ekosistem lainnya. Kehidupan kita, baik manusia maupun makhluk hidup lainnya, sangat bergantung pada ketersediaan air yang memadai.

Kedua, dalam konteks realitas di kampung saya, slogan ini menjadi panggilan untuk bertindak. Kita tidak hanya dihadapkan pada ketersediaan air yang berlimpah, tetapi juga pada tantangan penggunaan air yang tidak terkelola dengan baik. Dengan memahami bahwa merawat air berarti merawat kehidupan, kami diingatkan untuk bertindak dengan bijaksana dalam menggunakan dan menjaga sumber daya air yang ada.

Oleh karena itu, slogan ini tidak hanya sekadar kata-kata kosong, tetapi juga merupakan panggilan untuk bertindak. Kami diharapkan untuk menjadi pelindung air, menjaga kebersihan dan kualitas air, serta memperlakukan air dengan penuh penghargaan sebagai sumber kehidupan. 

Dengan demikian, slogan ini menjadi pedoman yang mengilhami tindakan nyata dalam menjaga ketersediaan air yang berlimpah di kampung kami, serta memastikan keberlangsungan hidup bagi semua makhluk di Bumi.


Peribahasa "Air Mata Bukan Mata Air" menyoroti pentingnya melindungi sumber daya air alami dari eksploitasi yang berlebihan. Ini merupakan panggilan untuk menghargai air sebagai sumber kehidupan yang tak ternilai harganya, bukan hanya sebagai aset yang dapat dimanfaatkan secara tidak terbatas.

Pertama, peribahasa ini mengajarkan kita untuk tidak mengambil air secara berlebihan dari sumber-sumber alami, seperti sungai, danau, dan mata air. Eksploitasi yang berlebihan dapat mengancam keberlanjutan sumber daya air, mengakibatkan penurunan kualitas air dan bahkan kekeringan di masa depan.

Kedua, peribahasa ini menekankan perlunya menjaga keseimbangan ekosistem yang terkait dengan sumber daya air. Ekosistem air yang sehat penting untuk menjaga kualitas air dan keberlanjutan lingkungan secara keseluruhan. Oleh karena itu, kita perlu mengambil langkah-langkah untuk melestarikan habitat-habitat alami yang berperan dalam siklus air.

Dengan demikian, peribahasa ini menjadi pengingat akan tanggung jawab kita untuk mengatur dan melestarikan sumber daya air secara berkelanjutan untuk kepentingan masa depan. Diperlukan upaya bersama dari pemerintah, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya untuk mengimplementasikan kebijakan dan praktik-praktik yang mendukung pengelolaan air yang berkelanjutan. Hanya dengan melindungi sumber daya air alami, kita dapat memastikan bahwa air tetap menjadi sumber kehidupan yang melimpah bagi generasi-generasi mendatang.

Namun, di tengah tantangan ini, kita juga bisa belajar dari tradisi budaya yang menghargai air sebagai sumber kehidupan. Dalam kehidupan masyarakat Manggarai di Flores, Nusa Tenggara Timur, terdapat sebuah tradisi yang dijunjung tinggi, yang dikenal dengan nama "Barong Wae". Konsep ini terwujud dalam sebuah upacara adat yang mengundang roh-roh penjaga air untuk merayakan penti atau upacara syukur. Barong Wae bukan hanya merupakan ungkapan penghargaan terhadap air sebagai sumber kehidupan, tetapi juga simbol dari filosofi kehidupan yang mengajarkan pentingnya menjaga harmoni antara manusia, alam, dan leluhur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun